Pelajaran dari Sebuah Burger: Bagaimana Burger King Meningkatkan Kesadaran Akan Bullying Melalui Iklan Terbarunya

Siapa yang nggak tau Burger King?

Salahsatu chain restoran cepat saji terkemuka di dunia ini memang cukup terkenal lantaran ragam menu burgernya yang juara. Tapi, kali ini Youthmanual nggak mau bikin review soal menu burger apa yang paling enak di Burger King apalagi membandingkannya dengan burger restoran sebelah (eh?).  Kali ini, kita bakal membahas soal iklan terbaru mereka yang cukup viral dan, bisa dibilang, bikin banyak orang terharu menontonnya.

Belum lama ini, Burger King merilis sebuah iklan layanan masyarakat yang mengangkat soal isu bullying di kalangan remaja. Iklan berdurasi 3 menit tersebut melibatkan beberapa orang aktor yang berperan sebagai seorang remaja dan teman-teman yang tengah melakukan bullying terhadapnya, dengan cara menumpahkan minuman, mengobrak-abrik makanannya, hingga memukuli dan menendang anak tersebut hingga jatuh dari bangkunya.

Kamu bisa menonton videonya di bawah ini:

Setting yang digunakan adalah salahsatu cabang restoran Burger King yang mana memiliki beberapa pelanggan sungguhan yang tengah menikmati makan malam maupun makan siang di sana.

Ketika para pelanggan melihat tindak bullying yang dilakukan aktor-aktor tersebut, 95% dari mereka hanya bisa diam tanpa melakukan apapun untuk menghentikannya. Hanya ada beberapa pelanggan yang terlihat langsung menghentikan makan malamnya kemudian menghampiri anak tersebut dan membantunya mengusir orang-orang yang melakukan bullying terhadapnya.

Nah, hal yang cukup berbeda terjadi ketika mereka mendapati burger pesanan mereka dalam keadaan berantakan seolah habis “dipukuli” oleh juru masaknya. Hampir seluruh pelanggan itu langsung bangkit dari mejanya dan komplain kepada manager restoran Burger King yang tengah bertugas hari itu. Sang manager kemudian memanggil juru masak yang membuat burger tersebut hanya untuk membuatnya bertanya kepada mereka satu pertanyaan: “Apakah kalau kalian melihatku memukuli burger itu, kalian akan langsung bertindak untuk mencegahku?”

Dan para pelanggan tersebut pun dengan mudahnya menjawab iya.

Iklan ini membuktikan satu hal, bahwa orang-orang lebih peduli terhadap seporsi roti daging yang "dipukuli" dibanding dengan seorang anak yang mendapat perlakuan serupa. Bahwa mereka masih abai terhadap kasus-kasus kekerasan dan bullying—bahkan ketika tindakan tersebut terjadi tepat di depan kedua mata mereka sekalipun.

See Something, Say Something

Tahukah kamu bahwa sebanyak 30% siswa di dunia menjadi korban bullying? Dari mulai diejek dengan panggilan-panggilan merendahkan, jadi korban keisengan yang samasekali nggak lucu, hingga tindakan-tindakan yang melibatkan permainan fisik yang sifatnya melukai—bullying jadi sebuah masalah serius yang masih belum menemui titik terang hingga saat ini.

Parahnya lagi, nggak banyak orang yang tergerak untuk membantu korban bullying meski peristiwanya terjadi tepat di depan mata mereka. “Bukan urusan gue!” atau “Nggak mau ikut campur, ah” atau “Ntar kalo aku jadi korban berikutnya gimana?” adalah beberapa alasan yang mendasari keengganan orang-orang untuk stand up dan membantu para korban bullying.

Dalam iklan dari Burger King di atas misalkan, ada beberapa siswa yang diwawancara dan mengaku bahwa akan lebih mudah bagi mereka untuk nggak melakukan apa-apa jika mereka melihat tindakan bullying di depan mata.

Padahal dengan kita nggak melakukan apapun itu, bisa jadi kita baru aja membiarkan seseorang percaya bahwa mereka segitu nggak berartinya hingga nggak ada yang mau menolong meski dalam keadaan paling desprate sekalipun. Dalam kasus-kasus terburuknya, sikap abai kita itu bisa jadi merupakan salahsatu penyebab hilangnya nyawa seseorang akibat bullying. Bukan karena kita secara langsung “membunuhnya”, melainkan karena kita nggak melakukan sesuatu untuk menghentikan hal tersebut.

Jadi, saya rasa penting bagi kita untuk mulai mengambil tindakan tegas terhadap kasus bullying yang kita temui dalam kehidupan sehari-hari. Mulailah berkata "Stop!" dan "Jangan lakukan itu!" terhadap para bully—meski tindakan yang mereka lakukan hanya se-sepele mengejek seseorang dengan memberinya panggilan-panggilan aneh yang terkesan merendahkan. 

bullying

The action might be small, and it might not be easy. But it will be worth it to end the culture of bullying.

(sumber gambar: cbs7.com, fepsu.es)

Baca juga:

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 19 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 30 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1