Jangan Ada Lagi Tagar Justice for Audrey Lainnya

Selasa (9/4) kemarin, tagar Justice For Audrey (#JusticeForAudrey) menjadi trending topic di salah satu media sosial Indonesia, yaitu Twitter.

Ada apa dengan tagar Justice For Audrey ini dan siapakah Audrey yang dibela keadilannya oleh netizen hingga viral?

Asal mula tagar Justice For Audrey

Sejak kemarin, media sosial lagi rame banget dengan tagar Justice For Audrey. Tagar Justice For Audrey merupakan petisi untuk meminta keadilan bagi Audrey, siswi SMP negeri di Pontianak, Kalimantan Barat yang menjadi korban bullying hingga berujung pada kekerasan fisik.

Kasus ini pertama kali diungkap oleh pengguna media sosial, Twitter dengan akun @syarifahmelinda.

Dalam threadnya, dia menceritakan bagaimana Audrey yang baru berusia 14 tahun itu dibully hingga berujung pada kekerasan fisik oleh 12 orang pelajar SMA di Pontianak pada 29 Maret 2019 lalu.

Namun seperti pada kasus bullying-bullying lain, Audrey bungkam karena diancam oleh para pelaku. Hingga akhirnya pada Jumat (05/4), ibunya mengetahui kejadian tersebut dan melaporkan kasus tersebut kepada KPPAD Kalimantan Barat.

Pemicu permasalahan

Sebenarnya, pemicu terjadinya peristiwa ini sangat sepele, yaituh masalah asmara. Dari thread Twitter milik @syarifahmelinda didapatkan informasi bahwa mereka terlibat pertikaian di media sosial terkait hubungan asmara salah satu pelaku yang juga mantan pacar dari kakak korban.

Audrey dipanggil untuk memancing kakaknya keluar dari rumah. Alih-alih mau ngobrol, pelaku justru melakukan pembully-an hingga berujung pada kekerasan fisik.

Menyikapi kejadian ini

Saya yakin, banyak dari kalian yang merasa kesal dan marah terhadap para pelaku.  Saya pun demikian. Trus, bagaimana kita harus menyikapi kejadian ini? Kita ‘kan juga ingin agar Audrey bisa mendapatkan keadilannya.

Of course, menyuarakan dukungan untuk mendukung keadilan bagi Audrey itu sangat bagus dilakukan, tapi kita juga nggak boleh lupa sama 2 poin di bawah ini:

Terlalu cepat bereaksi

Yups, jangan terlalu cepat bereaksi di saat arus informasi lagi rame-ramenya seperti sekarang ini. Kenapa saya bisa bilang seperti itu? Soalnya dari kemarin kalau nggak salah makin banyak saja hoax tentang kasus ini. Katanya, pelaku sewa orang tau bayaran biar biar damai lah, penganiayaan yang berat padahal hasil visumnya belum keluar lah, ada yang ngaku-ngaku keluarganya lah, dan masih banyak informasi lainnya yang sebenarnya masih simpang siur, gaes.

Nah, untuk itu, cerna dulu informasi yang kita dapatkan dari sumber terpercaya atau nggak. ‘Kan nggak lucu kalau kita turut menyebarkan kabar hoax.

Ikutan jadi “tukang bully

“Cantik-cantik tapi kelakuannya nggak cantik!”

“Semoga mereka nggak keterima di perguruan tinggi manapun”

Ini penting! Jangan sampai kita juga ikutan jadi "tukang bully" dengan cara mengutarakan sumpah serapah dan hal-hal yang nggak pantas untuk menghakimi para pelaku.

Marah boleh, tapi akan lebih baik jika kita bantu perjuangkan hak Audrey dengan cara yang lebih konkrit. Misalnya membuat petisi untuk hire some pofessional lawyer untuk menghandle masalah ini.

Nggak cuma itu, kita bisa lho, turut membantu memutuskan rantai kekerasan dari hal-hal kecil. Misalnya dengan membuat circle pertemanan yang lebih sehat dan meningkatkan digital literacy agar kita nggak melulu kemakan hoax, bijak ber-sosial media (karena seperti yang sudah di bahas di atas, kasus Audrey ini berawal dari tubir di sosial media), dan sebagainya.

Kisah Audrey sebagai pembelajaran untuk kita lebih menghargai orang lain

Gaes, tentunya kita selama ini diajarin dong, kalau manusia itu adalah makhluk sosial. Yups, itu artinya kita hidup butuh orang lain.

That’s why, kita perlu belajar bagaimana menghargai orang lain. Belajar buat paham kalau nggak semua hal bakal terjadi seperti kemauan kita. Belajar kalau hak kita itu terbatas dengan hak orang lain.

Maka dari itu, kita perlu berkomunikasi secara baik-baik saat ada masalah sama orang lain—entah itu orang tua, adik/kakak, teman, pacar, dan sebagainya. Tujuannya apa? Ya, biar menemukan titik tengah bukan main hakim sendiri, main bully sana-sini.

***

Sekali lagi, stop bullying, gaes. Luka yang didapat di kaki, tangan, pembengkakan di sana-sini dan sebagainya bisa saja hilang dan nggak membekas seiring berjalannya waktu. Tapi luka mental dan trauma itu nggak akan pernah sembuh hanya karena waktu.

Yuk, kita mulai jadi manusia yang nggak egois dan nggak ngehargain hidup orang lain. Karena dengan melakukan itu kita bisa mencegah adanya Audrey-Audrey lainnya di luar sana dan kejadian seperti ini sangat diharapkan nggak akan pernah terulang lagi.

 

Baca juga:

 

(Sumber gambar: pantau.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 12 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 22 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1