Hal-Hal Yang Membuat Saya Masih Jadi Pendengar Setia Sheila on 7

Walaupun saya kelahiran paruh awal 90an, saya akui, saya adalah penikmat lagu-lagu band 90-an sampai awal 2000-an. Playlist lagu di laptop saya cukup banyak didominasi oleh lagu-lagu Sheila on 7, Dewa 19, Padi, Gigi, Peterpan, dan band-band lokal lawas lainnya. Tapi dari semua band tersebut—dan jika dibandingkan dengan penyanyi-penyanyi saat ini—saya masih mendaulat diri sebagai pendengar setia Sheila on 7.

Banyak teman heran dengan selera saya yang aneh ini. Kata mereka, saya termasuk generasi susah move on karena terbawa romantisme masa silam (duile...). Ya, gimana lagi? Nyatanya kuping saya masih belum beranjak dari Sheila on 7! Mungkin karena alasan-alasan ini.

1. Karena lagu-lagu Sheila on 7 masih diputar dimana-mana

Coba, deh, kamu ke toko buku atau mall mana aja. Sekali dua kali, kamu pasti mendengar lagu Sheila on 7 sedang diputar. Bahkan lagu “Dan”—yang pertama kali dirilis belasan tahun lalu itu—masih aja terdengar saat saya main ke sebuah toko buku baru-baru ini. Makanya wajar, dong, kalau kuping saya masih terbiasa dengan lagu-lagu Sheila on 7.

Fakta di atas sekaligus membuktikan bahwa meski masa kejayaan Sheila on 7 sudah belasan tahun, masih banyak orang yang mengingat lagu-lagu mereka. Maka saya yang lahir di paruh awal 90-an dan kamu yang lahir di tahun 2000-an jadi bisa menyanyikan lagu-lagu yang sama, hehehe.

2. Karena lagu-lagu Sheila on 7 bisa mewakili setiap periode hidup kita

Mungkin karena saya tumbuh seiring dengan meningkatnya popularitas Sheila on 7, saya jadi termasuk generasi yang dibesarkan oleh Sheila on 7. Kalau kamu seperti saya, mungkin kamu juga setuju bahwa lagu-lagu Sheila on 7 jadi seperti bisa menggambarkan setiap periode hidup kita.

Kalau mendengar lagu “Hari Bersamanya”, saya jadi ingat saat saya lagi deg-degan naksir seseorang. Sementara “Sahabat Sejati” mengingatkan saya saat lagi kangen-kangennya sama sahabat. Trus, untuk acara perpisahan, setel aja “Kisah Klasik di Masa Depan”.  Atau kalau kamu seperti saya, nih, yang lagi di rantauan, merasa kesepian, dan kangen ibu, tinggal setel “Just For My Mom”. Kayaknya seluruh hidup saya udah di-capture sama Sheila on 7 deh, hehehe.

3. Karena Sheila on 7 mengajarkan bahwa patah hati itu wajar, tapi bukan berarti kita nggak bisa menikmati hidup

Buat kamu yang lagi patah hati, merasa dikhianati temen, pokoknya lagi sedih, marah, atau kesal, coba, deh, dengerin lagu “Hujan Turun” dan “Lapang Dada”. Lirik lagu itu sebenarnya sedih. Sedih banget, malah. Tapi iramanya nge-beat dan nggak kayak lagu sedih.

Saya jadi belajar dari Sheila on 7 bahwa kesedihan itu adalah bagian dari hidup kita, tapi bukan berarti kita boleh terus berlarut dalam kesedihan. Bahkan saat lagi sedih, kita masih bisa happy, kok. Itulah sebabnya lagu-lagu Sheila on 7 bisa jadi hiburan saat saya lagi bete.

4. Karena Sheila on 7 selalu menjadi diri mereka sendiri

Buat saya, kepribadian adalah bagian dari penampilan. Saya malas, lho, dengerin lagu dari band atau penyanyi yang kelakuannya nggak banget, meskipun suaranya oke. Sheila on 7 itu low-profile—masih aja mempertahankan kemedokannya meski udah jadi selebritis, dan saat sudah tenar pun mereka memutuskan untuk tetap tinggal di Jogja, nggak hijrah ke Jakarta. Buat saya, Sheila on 7 adalah panutan bagi para perantau supaya tidak menjadi kacang lupa kulitnya. Apalagi saya juga orang Jogja seperti mas-mas Sheila on 7 ini. Makanya saya jadi merasa relate banget.

Sheila on 7 adalah band yang integritasnya patut diacungi jempol. Dulu saya pernah mendengarkan siaran wawancara Sheila on 7 di salah satu radio di Jogja. Waktu itu penyiar radionya bertanya, kenapa, sih, Sheila on 7 nggak pernah bikin lagu religi seperti band-band lain, saat menjelang Ramadhan? Jawaban mereka adalah karena beban moralnya berat. Wow, they take their songs seriously, as part of themselves. Sheila on 7 tetap berhasil menjadi diri mereka sendiri, tanpa harus ikut-ikutan tren.

(sumber gambar : briankp.com, ayobuka.com, kaskus.co.id, trivia.id, songkord.blogspot.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 17 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 27 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1