Cerita Niko “Okin” Al-Hakim Tentang Bisnis Sate Taichannya. Wajib Baca, Kalau Kamu Penasaran Dengan Sisi Pengusaha Cowok Selebgram Ini!

Kalau kamu mendengar nama “Okin”, apa yang langsung terbayang di kepala kamu? Kemungkinan besar, yang langsung terbayang adalah sesosok cowok umur 20an awal, bergaya rambut jambul, berwajah cool, sedang jualan sate taichan, sambil main bas dan menggandeng cewek cantik bernama Rachel (lah, akrobat banget?)

Intinya, pasti kamu langsung mengidentikkan nama “Okin” dengan Niko Al-Hakim, pacar selebgram fenomenal Rachel Vennya, yang namanya sangat meledak pada tahun 2016 ini.

Seiring dengan meledaknya popularitas Rachel, pacar (sekarang tunangan) Rachel, Niko (alias Okin), juga jadi ikut beken.

Ada banyak hal yang membuat pasangan ini terkenal, antara lain karena keduanya memang kece dan tampak sangat tajir, padahal usianya baru sama-sama awal 20an. Mereka sering liburan berduaan—mulai dari ke Bali sampai Eropa—dan  saling menghadiahi satu sama lain dengan hadiah-hadiah seperti iPhone terbaru, tas branded, dan mobil Range Rover. Mobil Range Rover asli, ya, bukan mainan!

Menurut berbagai caption post Instagram Rachel, semua itu adalah hasil kerja keras mereka sendiri, karena masing-masing Rachel dan Niko memang berbisnis (Rachel berbisnis minuman diet, sementara Niko berbisnis kuliner sate taichan)

Namun yang paling melejitkan nama Rachel dan Niko adalah skandal yang terjadi beberapa bulan lalu.

Skandal asmara ini sempat membuat hubungan Niko dan Rachel bubar sesaat, namun akhirnya mereka kembali bersama, dan melanjutkan rencana pernikahan mereka awal tahun depan.

Saya yakin, siapapun yang berkesempatan ketemu dengan Rachel atau Niko pasti tergoda banget untuk membahas hal-hal gemez tersebut, yaitu seputar gaya hidup, harta, status selebgram dan hubungan asmara mereka.

Tetapi Youthmanual sendiri lebih penasaran dengan bisnis yang mereka geluti, karena media kayaknya lebih senang banget meng-highlight skandal dan harta Niko-Rachel. Padahal berbisnis, tuh, nggak gampang, lho! Apalagi kalau dijalani di usia muda, sambil kuliah pula.

Maka beberapa waktu lalu, ketika saya berkesempatan ketemu dengan Niko di kediaman sekaligus kantor sekaligus studio band-nya di kawasan Bendungan Hilir, Jakarta, saya langsung ngobrol bareng usaha yang dia geluti, yaitu bisnis kuliner Sate Taichan "Goreng".

Yuk, simak!

Hai Niko! Mau diceritain dong, tentang asal mula berdirinya bisnis kamu, Sate Taichan "Goreng"!

"Hai juga! Jadi, ide awal mendirikan Sate Taichan "Goreng" muncul di tahun awal tahun 2015, tapi eksekusinya baru Maret 2016. Ide awal sampai pengembangannya aku garap sendiri, kemudian Rachel baru membantu di sisi pemasarannya."

Kenapa, sih, Sate Taichan "Goreng" pertama kali dibuka di Bandung? Niko ‘kan tinggalnya di Jakarta.

"Aku punya beberapa teman dari luar kota, dan setiap mereka ke Jakarta, pasti pada makan sate taichan. Dulu itu, sate taichan belum sebanyak dan sepopuler sekarang. Sekarang ‘kan sate taichan dijual dimana-mana. Dulu yang jual masih benar-benar sedikit. Kalau ada pun, biasanya hanya jualan gerobakan.

Karena teman-temanku yang dari luar kota hobi makan sate taichan kalau ke Jakarta, aku mikir, kok sate taichan jadi terkesan seperti jajanan khas anak Jakarta? Padahal ‘kan nggak juga. Jadi aku kepikiran untuk jualan sate taichan di luar Jakarta.

Aku buka cabang pertama di Bandung karena Bandung dekat dengan Jakarta, dan dulu aku juga pernah tinggal di Bandung. Aku juga tahu, ada banyak orang Bandung yang suka sate taichan.

Dari awal, aku udah berniat untuk jualan sate taichan dengan gaya berbeda. Dulu itu, sate taichan hanya dijual gerobakan. Nah, aku maunya jual di tempat yang nyaman, seperti kedai atau restoran kecil.

Selain itu, aku nggak mau hanya sekedar jual sate taichan biasa. ‘Kan sayang, kalau kita punya tempat yang nyaman, tapi makanan yang dijual hanya sate taichan jenis biasa.

Ciri khas sate taichan adalah menggunakan daging putih, dan nggak pakai kuah kacang, melainkan kuah sambal.

Aku mikir, sebenarnya saos sambal ini mungkin bisa enak kalau divariasikan. Akhirnya aku melakukan testfood untuk memadukan sate taichan dengan seafood, mie, saos aglio olio, dan sebagainya. Ternyata enak-enak juga!

Maka akhirnya, aku membuka kedai Sate Taichan "Goreng" dengan menu berbagai kreasi sate taichan tersebut, yang waktu itu nggak ada di tempat-tempat jualan sate taichan lainnya."

Peran Niko sendiri di Sate Taichan "Goreng" sebagai apa, sih?

"Aku founder dan owner, dan selalu terjun langsung dalam operasionalnya. Tiap pagi, aku pasti ngobrol dengan Aldi, sang manajer operasional, untuk mendengar laporan, keluhan, masukan dari konsumen serta karyawan, di setiap outlet Sate Taichan "Goreng". Kalau ada masalah, kita rembukin bareng-bareng, kita cari jalan keluarnya."

Cerita, dong, tentang keseharian kamu. Selain ngurusin Sate Taichan "Goreng", kamu juga masih kuliah ‘kan?

"Iya, aku masih kuliah di London School of Public Relations, Jakarta, jurusan Komunikasi.

Cerita sedikit, ya. Sebelum di LSPR, aku sempat kuliah di Bandung selama dua tahun, di jurusan Ilmu Komunikasi juga, dengan penjurusan minat Public Relations (Hubungan Masyarakat).

Kemudian aku pindah ke Jakarta, dan masuk LSPR dengan mentransfer nilaiku dari kampus lama. Namun akibatnya, aku harus turun angkatan setahun. Harusnya aku angkatan 2012, tetapi jadi 2013.

Nah, kuliah di LSPR itu ada sistem shift. Ada shift pagi, siang, dan malam. Aku ambil shift siang, yang jamnya kuliah dari jam 1 siang sampai 5 sore.

Jadi, balik lagi ke keseharian, pagi-pagi sekitar jam 9, aku pasti nengokin kantor Sate Taichan "Goreng" dulu, untuk ngobrol-ngobrol bareng staf aku sambil meng-update kondisi restoran di setiap cabang.

Setelah makan siang, aku kuliah. Selesai kuliah, biasanya latihan band atau pergi mengurus hal-hal lain. Di kamar, aku punya papan tulis yang isinya jadwal aku. Sekarang ini, sih, jadwalnya udah penuh untuk dua bulan ke depan, hehehe.

Selain untuk urusan bisnis dan manggung band, belakangan banyak undangan talkshow."

Sate Taichan "Goreng" sekarang ‘kan ada di Bandung, Bekasi, Palembang dan Purwokerto. Seberapa sering, sih, tim Niko nengokin cabang?

"Kalau untuk cabang Purwokerto dan Palembang, biasanya tim nengok langsung ke sana 3-4 minggu sekali. Di luar itu, setiap cabang selalu laporan setiap hari juga, sih.

Kalau untuk cabang Bandung atau Bekasi, biasanya aku nengok setiap minggu. Aku juga sering datang sebagai pelanggan biasa, bukan untuk melakukan control check bersama tim. Saat melakukan kunjungan pribadi itu, aku selalu ngobrol dan mendengarkan keluhan serta masukan pegawai."

Pernah merasakan pengalaman nggak enak dalam berbisnis?

"Dari waktu ke waktu, Sate Taichan "Goreng", pasti pernah aja mendapat komplen dari pelanggan. Apalagi aku belajar bisnis kuliner secara otodidak.

Misalnya dulu, pas aku belum paham soal crowd controlling. Pernah ada tamu yang datang ke Sate Taichan "Goreng". Karena sedang penuh, dia masuk dalam waiting list. Setelah dia nunggu antrian sejam lebih, pas dapet meja, eh sate taichannya habis! Wah, jelas dia langsung marah besar.

Yang kena marah adalah karyawanku, dan dia langsung nangis-nangis dan pengen berhenti kerja aja.

Tapi dari pengalaman-pengalaman tersebut, aku jadi belajar terus. Dalam berbisnis, kita memang nggak bisa mengandalkan teori atau kata-kata orang aja. Kita harus benar-benar ngalamin sendiri, mengevaluasi diri sendiri, supaya bisa jadi lebih baik."

Dari mana modal awal Niko mendirikan Sate Taichan "Goreng"?

"Pakai tabungan, dan dari hasil bisnis-bisnis kecilku sebelumnya. Dulu ‘kan aku juga sempat punya usaha clothing line. Tentunya, modal awalnya dulu ditekan banget. Misalnya, dulu sistem pembayaran Sate Taichan "Goreng" masih sangat sederhana dan manual. Lama-lama baru bisa lebih canggih."

Sebagai pengusaha muda, ada peran didikan ortu nggak? Apakah ortu Niko juga pengusaha?

"Nggak, sih. Hanya saja, doa restu dari mereka penting banget. Tanpa doa restu orangtua, pasti usahaku nggak akan lancar.

Orangtuaku bukan pengusaha. Mamaku dulu mengelola sebuah tempat les, karena beliau memang senang ngajar, sementara Papaku kerja di industri perminyakan."

Niko dan Rachel ‘kan dikenal luas di medsos. Lewat medsos, banyak yang tahu tentang kalian, dan banyak juga yang punya pemikiran atau prasangka tentang kalian. Bagi Niko, apa sih miskonsepsi atau salah kaprah terbesar tentang Niko-Rachel?

"Hmmm… banyak orang yang bilang bahwa kita adalah relationship goals. Kesannya sempurna banget. Padahal nggak, lah. Setiap pasangan pasti ada kekurangannya, tapi setiap pasangan ‘kan juga nggak mau nampilin diri mereka lagi nangis-nangis di medsos. Semua pasti hanya mau hanya nampilin yang seru-seru aja. Dengan kata lain, semua post di medsos siapapun pasti terfilter.

Trus, ada juga yang bilang kita suka sengaja menciptakan drama [untuk cari sensasi]. Padahal nggak, kok. Yang namanya hidup, pasti ada dramanya, lah! Pasti ada up and down-nya. Intinya, hidup semua orang pasti ada “drama”nya yang bukan sengaja diciptakan. Aku dan Rachel juga apa adanya aja, kok."

Kalau Niko bisa balik ke masa SMA, what would you do?

"Hmmm, waktu SMA dulu, sih, aku bandel. Bandel standar, sih. Misalnya, sering banget dipanggil ke kantor guru BK karena sering bolos, dapat nilai jelek, bahkan di kelas pernah mendapat peringkat ketiga dari bawah, hehehe.

Tapi aku nggak pengen mengubah apa-apa dari masa SMAku, karena ada banyak pelajaran dan pendewasaan yang bisa aku ambil dari pengalaman-pengalaman tersebut."

Nah, karena sekarang Niko sukses, setuju nggak dengan anggapan bahwa nilai akademis sebenarnya nggak ngaruh kepada kesuksesan di masa depan?

"Nilai akademik sekolah memang nggak menentukan. Ada orang-orang sukses yang nilai sekolahnya dulu jelek, bahkan nggak kuliah.

Tetapi hal ini jangan dijadikan patokan, karena bisa jadi membuat kita salah persepsi. Anak-anak muda jadi bisa berpikir, “Ah, Bob Sadino aja nggak sekolah, tuh. Ya udah, gue nggak usah kuliah juga bisa sukses!” Padahal ‘kan nggak semua orang bisa sukses dengan cara almarhum Bob Sadino, tanpa pendidikan formal.

Dan menurutku, sekolah tetap penting, karena sebenarnya di sekolah kita nggak sekedar mendapatkan hard skills seperti ilmu akademis, tetapi juga banyak soft skills, khususnya ilmu bersosialisasi. Seperti cara bergaul, cara bersikap, berhadapan dengan orang lain, mengatasi masalah, dan sebagainya.

Trus, ilmu akademis, tuh, punya banyak manfaat nggak langsung, lho. Misalnya, mungkin kamu nggak suka belajar Matematika dan nggak bercita-cita jadi ahli Matematika juga, sehingga kamu berasa mata pelajaran itu nggak guna. Padahal Matematika ‘kan bisa melatih pola pikir dan mengasah kemampuan problem solving kita, termasuk saat harus memecahkan masalah yang nggak ada angkanya sama sekali.

Kalau kuliah, menurut aku lebih penting lagi. Aku merasa ilmu-ilmu perkuliahan tuh bermanfaat banget, dan sayang banget kalau kita kuliah asal-asalan."

***

Terlepas dari segala kontroversinya, jangan cuma mengidentikkan Niko “Okin” Al-Hakim dengan drama asmara dan kemewahannya, ya, gaes! Di balik usia mudanya, cowok ini kelihatan tulus dan cukup berbakat dalam berbisnis.

Setelah ngobrol-ngobrol, Niko pun nggak langsung cabut, tetapi sibuk ngobrol dan bertanya balik kepada saya dengan santun dan ramah, tentang bisnis media online serta media cetak. Dan itulah salah satu ciri seorang pebisnis—rasa ingin tahu yang tinggi tentang berbagai hal.

Berikutnya, Niko bakal kasih tips dan masukan tambahan untuk berbisnis di usia muda, nih. Stay tune!

(sumber gambar: Laila Achmad, Instagram @rachelvennya)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 9 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 19 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1