Bagaimana Razan Mohamad Berusaha Disiplin dan Mematahkan Stereotipe Demi Passionnya. Patut Dicontek!

Youthmanual sering mendapat curhatan dan keluh kesah anak-anak muda tentang kegalauan mereka terhadap tentang masa depan. “Saya cocoknya jadi apa ya, Kak?” atau “Gimana ya, cara mengejar minat saya?” adalah contoh pertanyaan yang jadi makanan kami sehari-hari.

Makanya, saya salut dengan Razan Mohammad (18).

Cowok lulusan SMA Lab School Cibubur ini adalah seorang Penari muda yang baru lulus SMA. Namun yang membedakan Razan dengan kebanyakan anak muda lain yang suka nge-dance adalah, Razan menyikapi hobi tarinya dengan sangat serius.

Dia sudah menetapkan akan berkarier di tari, sejak SMP, lho! Trus, cita-cita tersebut konsisten dia kejar sampai sekarang.

Anak muda yang hobi nge-dance ada banyak. Tapi anak muda yang sudah saklek menetapkan dance sebagai masa depannya sejak SMP? Jarang, sob!

***

Minggu lalu, Youthmanual sudah memuat artikel obrolan dengan Razan seputar banyak hal. Salah satu yang Razan bicarakan adalah soal stereotipe.

Alumni Lab School Cibubur ini bilang, “Aku ingin mengubah stereotipe di Indonesia, bahwa cowok nggak pantas nari atau bekerja di bidang seni. Banyak temanku yang berminat di bidang seni, misalnya musik. Tetapi lingkungannya nggak mendukung, misalnya dengan omongan-omongan seperti, “Udahlah, elo ‘kan nanti bakal jadi bapak. Kerja yang bener aja, lah!” seakan-akan bekerja di bidang seni tuh “nggak bener”.”

Memang benar, suka nggak suka, hidup di Indonesia itu berarti harus hidup berhadapan dengan banyak stereotipe atau anggapan—terutama dari orangtua—yang seringkali salah. Mulai dari, “Orang introvert itu orang pendiam yang nggak akan maju!” sampai “Anak cowok nggak pantes nari, apalagi sampai berkarier di nari!”

Gimana, nih, Razan “mematahkan” stereotipe—terutama dari orangtua—sebagai penari laki-laki?

“Pertama, kita harus benar-benar yakin dulu dengan pilihan kita sendiri. Aku ‘kan milih nari sebagai masa depanku. Apakah aku benar-benar yakin dengan pilihan aku ini? Siap dengan segala suka-dukanya? Aku harus yakin banget dulu.

Kedua, kalau sudah yakin, kita harus disiplin untuk membuktikannya ke orangtua. Misalnya, aku harus menunjukkan ke Papaku bahwa aku disiplin [belajar tari dan berkarier di tari], di sekolah maupun di rumah.

Sebagai anak dan siswa, kita juga harus melakukan semua kewajiban kita, untuk menunjukkan bahwa kita sudah dewasa dan bisa bertanggungjawab atas pilihan kita.

Jadi, orangtua nggak cuma dengar omongan kita, tapi juga melihat action-nya.

Ketiga, jelaskan! Pada dasarnya, semua orangtua ingin kita bahagia, meskipun sikap mereka tampak seperti mengekang. Nah, jelasin, deh, kenapa kamu pilih bidang yang kamu pilih, jelasin betapa seriusnya kamu di bidang ini, dan jelasin bahwa keinginan ini bukan sekedar ambisi sementara, dan kamu bakal bertanggung jawab melakukan semua kewajiban kamu.

Yang terpenting, kamu harus bilang bahwa kamu suka di bidang ini. Apa orangtua kamu mau melihat kamu terpaksa berkecimpung di bidang yang nggak kamu suka?

Terakhir, harus punya keyakinan dan rasa percaya diri.”

Masuk akal banget, sih, dan hal ini sesuai seperti yang pernah Youthmanual tulis di sini dan sini.

Razan menambahkan, “Menurutku, kenapa anak SMA zaman sekarang banyak yang galau dan labil, pertama mungkin karena ada pressure dari ortu.

Kedua, karena mereka nggak punya ukungan internal maupun eksternal, dan nggak ada yang membukakan pintunya. Misalnya, kamu mau jadi penulis, tapi kamu bingung, gimana cara membuat menulis menjadi karier? Karena gue bingung, apa gue ikut bidang pilihan orangtua aja, meski gue nggak suka?”

Nah, sikap orangtua Razan sendiri gimana? Apakah mendukung, atau menentang pilihan masa depan Razan sebagai penari?

“Kebetulan orangtuaku single parent, yaitu ayah aja. Beliau sebenarnya nggak melarang, soalnya keluargaku sendiri banyak yang berkecimpung di dunia seni. Misalnya, almarhum tanteku ada pelukis, trus nenekku juga seorang pembatik. Jadi ayahku cukup open minded terhadap bidang seni.

Meski begitu, beliau tetap menuntut keseriusan saya. Kalau saya memang mau ngambil tari, saya harus benar-benar disiplin di bidang itu. Harus ambisius, as a son, and as a man. Jadi tari harus dianggap sebagai kewajiban, selain sebagai passion, dan nggak boleh dilakukan setengah-setengah.”

Oke, berarti dukungan dari orangtua sudah didapat. Nah, Razan pernah mengalami moment down atau patah semangat nggak, sih, saat mengejar cita-citanya?

“Momen down pertama aku dalam menari adalah ketika aku vakum menari setahun, saat aku SMP mau SMA. Saat itu, aku benar-benar blank, nggak tau musti gimana dan nyari penyaluran ke mana. Saat itu aku mikir, apakah gue memang benar ingin nari? Apakah ini passion gue?

Untungnya, akhirnya aku ketemu Miss Gigi [Gianti Giadi, pemilik studio tari Gigi Art of Dance] saat dia membina produksi pertunjukan musikal di sekolahku.

Tetapi berdasarkan pengalaman aku, apapun masalah yang kita hadapi, alam pasti akan bantu kita menemukan solusinya, kok. Jadi aku percaya, meskipun kita lagi down, bukan berarti kita patut berhenti atau menyerah.

Aku juga bikin video tentang perjalanan nariku, dari awal sampai sekarang. Jadi kalau aku lagi down, aku bisa lihat video ini, supaya ingat tentang segala hal yang sudah aku lewati, supaya aku nggak gampang nyerah.”

***

Jadi, gaes, buat kamu yang sedang galau mempertahankan passion, coba lihat, usaha-usaha Razan supaya bisa konsisten du bidang pilihannya. Mulai dari rela repot-repot magang, sampai membuktikan kedisiplinannya ke orangtua. Kalau memang passion kamu di situ, pasti kamu juga nggak akan setengah-setengah!

(sumber gambar: Laila Achmad)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 13 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 23 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1