Dunia Kuliah

Panduan ini akan mengajak kamu untuk menyelami dunia kuliah mulai dari berkenalan dengan berbagai istilah yang ada di dalam dunia perkuliahan, serba-serbi merantau dan kost, kegiatan dan organisasi kemahasiswaan, hingga panduan lengkap akademik perkuliahan.

Di panduan sebelumnya, kamu sudah memahami kalau IPK tidaklah diperoleh hanya dari hasil Ujian Akhir Semester (UAS). Percaya atau nggak, di dunia kuliah segala tindak-tanduk kamu selama enam bulan ke depan akan menentukan nilai kamu di penghujung semester!

Yup, mulai dari angka partisipasi di kelas, ikutan kuis mendadak, sampai cabut kelas dan nongkrong di kantin hasil ujian dan praktikum yang kamu lalui selama satu semester akan menjadi penentu akan seperti apakah IPK yang kamu peroleh nantinya. Artinya, jika kamu ingin lulus dengan gelar cum laude, kamu harus “menabung” nilai sedikit demi sedikit agar nantinya di akhir kamu bisa mendapatkan IPK tinggi.

Jadi, apakah menabung nilai caranya sama seperti menabung amal ibadah? Tentu tidak. Dengan banyaknya aktivitas yang harus kamu lakukan demi menjadi mahasiswa yang hqq, mungkin akan sulit jika kamu nggak bisa menyusun skala prioritas dan mengatur waktumu dengan baik. Tapi, tentunya akan lebih mudah jika kamu memahami apa pentingnya masing-masing kegiatan akademismu—mulai dari kehadiran sampai ujian semester, serta tips dan trik menabung nilai selama satu semester untuk mendapatkan IPK tinggi di kemudian hari.

 

Kegiatan Akademik yang Harus Diikuti untuk Menabung Nilai

Menabung nilai selama berarti melakukan satu atau lebih kegiatan akademik yang hasilnya dapat diakumulasi agar di akhir semester nanti kamu bisa mendapatkan nilai yang maksimal, dan tentunya IP yang memuaskan.

Iya, di masa kuliah, memperoleh IP tinggi ternyata nggak sebatas belajar-tekun-lalu-ujian, gaes. Gerak-gerik kamu (secara akademis) akan sangat mempengaruhi nilai yang akan kamu peroleh di akhir semester nanti. Nah, kira-kira kegiatan akademik apa aja yang biasanya dapat menjadi ajang menabung nilai?

1. Kehadiran (absensi)

Bagi sebagian kampus dan dosen, proses tatap muka antara dosen dan mahasiswa adalah hal yang penting dan cukup valid untuk dijadikan salah satu penentu IP meskipun tidak memiliki bobot yang besar. Semakin jarang kamu bolos, bisa jadi semakin besar kesempatan kamu mendapatkan IP yang tinggi.

Ada juga kampus atau dosen yang selangkah lebih “maju” alias juga memperhitungkan sebesar apa tingkat partisipasi kamu di dalam kelas. Yup, nggak cuma menghitung persentase kehadiran kamu, tapi bisa aja keaktifan kamu di dalam kelas (baik dalam antusiasme di dalam kelas, frekuensi bertanya dan menyampaikan pendapat, juga pengumpulan tugas kuliah) diolah dosenmu menjadi bentuk nilai yang tangible.

2. Kuis

Pada hakikatnya, kuis nggak mendadak diadakan dosen untuk nakut-nakutin kamu tiap masuk kelas. Kuis adalah salah satu “ladang nilai” yang bisa kamu manfaatkan baik-baik untuk mendapatkan IP tinggi di semester ini. Jadi, mulai sekarang, always expect the unexpected, ya.

Lagipula, nggak seharusnya kamu panik tiap kali dosenmu mengadakan kuis tanpa pemberitahuan, gaes. Wajar aja kalau dosenmu bikin kuis di awal pertemuan untuk mengukur sejauh mana pengetahuanmu mengenai suatu materi kuliah agar dosen tahu bagian mana yang masih butuh diskusi lebih lanjut, atau bahkan menjadi evaluasi oleh dosenmu mengenai metode ajar yang selama ini diterapkan

3. Tugas

Sama halnya seperti kuis, tugas kuliah pun juga nggak sekonyong-konyong diberikan dosen agar kamu nggak membuang waktumu untuk kongkow asyique 24/7. Selain me-refresh ingatanmu mengenai mata kuliah yang sudah diajarkan di kelas, nilai yang kamu peroleh dari tugas-tugas pun bisa menjadi penyumbang IP yang signifikan.

Tugas yang diberikan oleh dosen pun ada banyak macamnya. Umumnya memang tugas kuliah berbentuk esai, tapi ada juga tugas kuliah yang berbentuk paper, laporan praktikum, latihan soal, sampai tugas presentasi individu maupun kelompok.

4. Ujian

Bisa dibilang ujian adalah penyumbang bobot terbesar dalam IP yang akan kamu raih di tiap semester. Nggak heran kalau mahasiswa mati-matian mengejar nilai bagus di ujian kuliah untuk menyelamatkan IP-nya, karena kalau nilai ujian jeblok, otomatis IP semester ini jeblok!

Dalam 1 semester, umumnya mahasiswa akan menghadapi 2 ujian besar dalam dunia perkuliahan: Ujian Tengah Semester (UTS) yang diadakan di pertengahan semester dan Ujian Akhir Semester (UAS) yang diadakan di akhir semester, terkecuali untuk mahasiswa Pendidikan Dokter dan bidang kesehatan lainnya yang menerapkan sistem blok.

***

Kegiatan-kegiatan akademik di atas pun ada banyak macam dan rupanya—dan mungkin aja nggak dilakukan dalam satu kali. Bobot untuk perhitungan IP pun juga berbeda untuk setiap kegiatan akademik yang dilakukan, tergantung kebijakan kampus atau dosenmu. Umumnya, sistem pembobotan nilai yang berlaku di kampus adalah sebagai berikut.

  • Ujian Akhir Semester = bobot nilai 40 %
  • Ujian Tengah Semester = bobot nilai 30 %
  • Tugas, kuis, dan praktikum = bobot nilai 20 %
  • Kehadiran (absensi) = bobot nilai 10 %

Oya, Sesungguhnya kegiatan-kegiatan di atas diciptakan oleh para dosen bukanlah untuk menakut-nakuti mahasiswa. Dosen juga memiliki objektif tersendiri terkait pembelajaran yang akan mempengaruhi bagaimana metode ajar yang tepat untuk diterapkan selama satu semester ke depan. Kamu perlu tahu bahwa kuis, tugas, dan ujian (atau tes secara umum) yang akan kamu lalui di bangku kuliah akan merepresentasikan 3 tujuan, yaitu:

Pra-tes

Pre-tes diadakan untuk melihat sejauh mana pengetahuan, pemahaman, atau keberpihakan berdasarkan sudut pandang kamu secara individu mengenai suatu isu/topik yang baru akan kamu pelajari. Kesimpulannya, dosenmu bisa menyusun strategi ajar dan paparan materi yang relevan untuk dapat mengubah pemahaman kamu terhadap konsep yang sama selama satu semester ke depan.

Tes formatif

Tes formatif biasanya diadakan oleh dosenmu dalam bentuk kuis, latihan soal, atau praktikum. Dengan tes formatif, dosen bisa memantau dan memonitor kamu mengenai apa yang dapat dipelajari dengan mudah dan sulit, bagaimana umpan baliknya terhadap efektivitas kegiatan belajar mengajar yang sudah diterapkan, dan apa yang selanjutnya bisa diperbaiki dan ditingkatkan agar objektif dalam silabus dapat terpenuhi oleh mahasiswa.

Tes sumatif

Tes sumatif adalah tes yang paling diingat (dan ditakuti) oleh semua umat mahasiswa, karena tujuannya adalah untuk mengevaluasi sejauh apa pemahaman kamu mengenai suatu materi dan kemampuanmu dalam bidang yang relevan dalam jangka waktu tertentu berdasarkan standar minimum yang sudah ditetapkan. Tipe ujian yang umumnya menggunakan tujuan tes sumatif adalah UTS dan UAS.

 

Jenis-Jenis Ujian yang Akan Kamu Hadapi di Kampus (Beserta Tips Menghadapinya)

Salah satu perbedaan yang mencolok antara zaman sekolah dan kuliah adalah soal UAS dan UTS. Di SMA, kebanyakan ujiannya adalah pilihan ganda, isian, dan esai sederhana. Sedangkan di perguruan tinggi, bentuk dan tipe tesnya lebih beragam.

Malah kadang, dalam satu semester kamu bisa dihadapkan sama bermacam-macam jenis ujian sekaligus. Misalnya, Senin UTS mata kuliah A dengan sistem open book, Selasa matkul B presentasi kelompok, Rabu ujian praktik mata kuliah X, dan lain sebagainya.

Supaya bisa menyelesaikan UAS dan UTS dengan baik, kamu perlu tahu tantangan masing-masing jenis ujian, terutama tipe yang nggak pernah kamu temui di bangku sekolah. Di bawah ini, kamu bisa cek jenis-jenis ujian apa saja yang biasanya ada di dunia kuliah beserta tips menghadapinya.

Berdasarkan Tempat Mengerjakan

* On-the-spot test

Seperti namanya, ujian ini dilaksanakan di waktu yang tempat yang sudah dijadwalkan. On-the-spot test sangat lazim dilaksanakan di dunia kuliah, seperti ujian semester atau ujian UTBK. Mungkin perbedaan yang paling mencolok adalah ketika kuliah format ujiannya akan lebih beragam—mulai dari esai sampai presentasi.

Tantangannya: Karena on-the-spot test sudah punya jadwal (waktu dan tempat) yang pasti, kamu cuma punya kesempatan untuk mengikuti ujian satu kali dan dalam waktu yang terbatas. Jadi, good luck dan lakukan yang terbaik selama 2.5 jam, ya.

Tipsnya:

  • Catat jadwalnya, dan pasang pengingat di ponselmu. Karena jadwal kuliah dan jadwal ujian di masa sangatlah nggak beraturan, kadang kamu bisa aja sampai salah tanggal atau bahkan kelupaan. Belum lagi kalau kamu juga kelupaan belajar karena nggak tahu tanggal pasti ujiannya. Berabe!
  • Persiapkan alat-alat yang diperlukan sebaik mungkin. Entah ujian kamu hanya memerlukan alat tulis, software tertentu, atau peralatan bedah, pastikan kalau alat-alat yang kamu perlukan untuk melaksanakan ujian sudah dipersiapkan dari jauh hari dan dalam kondisi prima. Ayey.
  • Jaga kesehatan. Fatal banget akibatnya kalau kamu sampai nggak bisa ikut ujian di jadwal yang sudah ditentukan cuma gara-gara teledor menjaga kesehatan. Sukur-sukur dosenmu mau memberi keringanan berupa ujian susulan.

* Take home test

Selain ujian di tempat dan tanggal yang dijadwalkan, ada juga take home test alias ujian yang bisa dibawa pulang. Maksudnya, kamu nggak harus datang ke kampus di hari dan tempat yang ditentukan untuk mengerjakan soal-soal ujian. Kamu bisa mengerjakan ujian di rumah (atau di mana pun asal kamu bisa konsentrasi) dengan waktu yang lebih panjang, namun tetap harus mengumpulkan hasil ujian di tenggat waktu yang sudah disepakati.

Tantangannya: Seperti kata Spiderman: with great power comes great responsibility. Meskipun take home test kelihatannya jauh lebih menyenangkan dibanding on-the-spot test, bukan berarti ujiannya akan jauh lebih mudah. Dengan segala keleluasan yang kamu dapatkan (baik dari segi persiapan, waktu, dan teknis pekerjaan), format ujian yang dibawa pulang umumnya jauh lebih berat!

Tipsnya:

  • Pastikan kamu sudah memahami semua instruksi untuk mengerjakan take home test. Jangan sampai kamu “terpeleset” dan nggak bisa mendapatkan nilai maksimal cuma karena kamu ketinggalan informasi mengenai tenggat waktu pengumpulan atau nggak ngerti apa maksudnya “dilarang bekerja sama”. Tanyakan langsung pada dosenmu jika ada instruksi atau informasi yang kurang jelas atau sulit dipahami.
  • Sisakan waktu untuk merevisi hasil pekerjaanmu. Nggak seperti on-the-spot test yang waktunya sangatlah terbatas, kamu bisa menyisakan sedikit waktu luang untuk memeriksa kembali hasil pekerjaanmu—mungkin aja ada yang jawaban yang masih kurang tepat atau hal-hal lainnya yang masih kurang.
  • Jaga orisinalitas. Umumnya, bentuk ujian yang diberikan dosen untuk dibawa pulang adalah esai atau studi kasus untuk melihat sejauh mana kamu memahami mata kuliah tersebut. Meskipun kamu masih punya keleluasaan untuk berdiskusi sana-sini, tapi jangan sampai kamu mencontek hasil pekerjaan temanmu, apalagi pakai bayar “joki” untuk mengerjakan ujianmu.

Berdasarkan Format

* Ujian tertulis

Format ujian ini adalah format ujian yang paling umum yang pernah kamu temui sejak bangku sekolah. Pertanyaan-pertanyaan di ujian tulis bisa bersifat objektif (pilihan ganda, isian, benar/salah) atau subjektif (esai). Ada juga ujian yang membolehkan kamu untuk membuka buku sebagai bantuan mencari jawaban alias open book. Ujian tertulis pun bisa dilakukan on-the-spot, bisa juga take home.

Tantangannya: Jika ujian tertulis dengan sifat objektif biasanya cukup memerlukan sejauh mana pemahaman kamu mengenai mata kuliah tersebut, ujian yang sifatnya subjektif (seperti esai dan open book) membutuhkan kemampuan yang lebih dari pemahaman materi, yaitu berpikir kritis, pemecahan masalah, dan kreativitas. Berats!

Tipsnya:

  • Pastikan kamu sudah mempelajari dan mengulas semua materi yang ada di silabus. Sebenarnya ini berlaku untuk semua jenis ujian, tapi berhubung ujian tertulis (terutama yang sifatnya objektif) bisa aja terdiri dari ratusan soal dengan kisi-kisi bejibun, ini wajib banget untuk kamu lakukan agar nggak ada materi yang terlewat.
  • Kalau ujian open book, jangan membawa terlalu banyak buku biar kamu nggak ribet sendiri. Pastikan kamu hanya membawa 1-2 buku atau catatan yang diperlukan, dan beri tanda untuk bagian-bagian penting agar waktumu nggak habis hanya untuk bolak-balik lembaran buku aja.
  • Persiapkan alat tulis dan hal pendukung lainnya dalam kondisi prima. Namanya juga ujian tulis, jadi lucu aja kalau kamu sampai nggak bawa alat tulis seperti pensil/pulpen buat ikut ujian. Lebih lucu lagi kalau udah bawa pulpen selusin, tapi tintanya abis semua.

* Ujian lisan

Untuk beberapa mata kuliah atau materi kuliah tertentu, ada kalanya dosen merasa lebih afdol jika menguji mahasiswanya lewat ujian lisan. Ujian lisan pun umumnya bersifat subjektif, jadi nggak ada satu jawaban yang absolut benar.

Dalam ujian lisan, biasanya dosen akan memberikan kisi-kisi mengenai topik apa yang akan diujikan. Pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan pun idealnya bisa kamu jawab sesuai dengan sejauh mana pemahaman (bukan hafalan) kamu terhadap materi tersebut. Ujian lisan bisa dilakukan seperti wawancara (1 on 1), diskusi, atau sidang.

Tantangannya: Ujian lisan bisa dibilang lumayan menantang karena kamu harus melakukan 2 hal sekaligus: mengingat kembali materi-materi yang kamu baca dan menyampaikannya langsung di hadapan penguji. Belum lagi jika kamu tidak terbiasa melakukan tanya-jawab atau diskusi.

Tipsnya:

  • Latihan di depan cermin. Selain bisa mengurangi rasa grogi dan meminimalisir waku yang terbuang untuk menjawab pertanyaan, berlatih di depan cermin sebelum tes lisan juga bisa bikin kamu lebih awas dengan bagaimana performa kamu ketika menjawab pertanyaan.
  • Beri jeda beberapa detik untuk berpikir sebelum menjawab pertanyaan. Meskipun kamu sudah memiliki kisi-kisi dan berlatih, tapi akan lebih baik jika kamu tidak terburu-buru. Siapa tahu pertanyaan dosenmu sedikit lebih kompleks atau butuh contoh konkrit yang menantang kemampuanmu dalam berpikir kritis.
  • Tahu kapan kalau jawabanmu sudah cukup memuaskan dan harus berhenti. Ujian lisan dilaksanakan dalam waktu terbatas, jadi jawablah pertanyaan tanpa bertele-tele dan tahu kapan harus berhenti jika pertanyaan kamu sudah cukup memuaskan.

* Ujian praktik

Bukan mahasiswa namanya kalau nggak pernah menjalani dahsyatnya ujian praktik! Dalam ujian praktik, kamu nggak cuma dituntut untuk bisa memahami materi kuliah yang sudah dipelajari, tapi juga mendemonstrasikannya menjadi suatu kegiatan konkrit yang membutuhkan aktivitas fisik.

Ujian praktik pun bentuknya bermacam-macam: bisa berbentuk presentasi, demonstrasi, tes fisik, demonstrasi, pagelaran, atau praktikum.

Tantangannya: Ujian praktik akan sulit untuk kamu lalui jika kamu tidak turun langsung mempraktikkannya. Itulah sebabnya selain membaca materi dan melakukan diskusi, penting juga untuk kamu aktif mempraktikkan apa yang sudah kamu pelajari.

Tipsnya:

  • Berlatih. Agar kamu bisa memberikan performa yang maksimal ketika ujian praktik berlangsung, praktikkan materi yang diujikan secara rutin sampai kamu memenuhi standar yang dibutuhkan. Sesuai kata pepatah: alah bisa karena biasa!
  • Lakukan simulasi berkelompok. Selain berlatih, ada baiknya jika kamu melakukan simulasi secara berkelompok agar kamu dan temanmu dapat saling evaluasi dan belajar dari kesalahan.
  • Pastikan alat-alat yang dibutuhkan untuk praktik sudah lengkap dan dalam kondisi prima. Untuk ujian praktik yang menggunakan properti, jangan lupa cek kelayakannya jauh-jauh hari sebelum ujian praktikmu dimulai. Bahaya banget kalau kamu sudah menguasai materi, tapi properti yang kamu gunakan sangat nggak mendukung!

 


Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1