Dunia Kuliah

Panduan ini akan mengajak kamu untuk menyelami dunia kuliah mulai dari berkenalan dengan berbagai istilah yang ada di dalam dunia perkuliahan, serba-serbi merantau dan kost, kegiatan dan organisasi kemahasiswaan, hingga panduan lengkap akademik perkuliahan.

Di panduan sebelumnya, kamu sudah mempelajari bagaimana caranya menyusun satu semester di bangku kuliah dan memahami apa itu SKS, KRS, dan cara pengisian KRS untuk mewujudkan rencana satu semestermu menjadi nyata. Nggak lupa pula dengan pentingnya peran Pembimbing Akademik di masa perkuliahanmu. Sekarang, saatnya kamu membiasakan diri dengan kehidupan akademik kampus untuk meraih nilai setinggi-tingginya.

Kamu harus tahu kalau sistem penilaian akademik di perkuliahan sangat berbeda dengan di masa sekolah, gaes. Dulu, mungkin kamu sangat familiar dengan deretan angka yang menunjukkan nilai di rapormu, dimana 0 adalah nilai terendah dan 100 adalah nilai tertinggi. Nilai ini juga kamu peroleh murni setelah kamu mengikuti ujian.

Di bangku sekolah, nilai yang akan kamu terima tiap semesternya pun bukan lagi disajikan di rapor dan dalam angka 0-100. Setiap pergantian semester, nilai yang kamu peroleh akan disajikan dalam bentuk Indeks Prestasi dengan 0 sebagai nilai terendah dan 4 sebagai nilai tertinggi. Jika kamu berhasil mendapatkan Indeks Prestasi Kumulatif yang tinggi sampai lulus nanti, kamu akan lulus dengan predikat dengan pujian (cum laude), which is sesuatu yang sangat membanggakan. Indeks Prestasi pun merupakan nilai yang kamu kumpulkan (kumulatif) dalam berbagai aktivitas akademik selama satu semester penuh. Dengan kata lain: nilainya nggak cuma dari hasil ujian aja!

Untuk mahasiswa baru, konsep Indeks Prestasi dan cum laude memang agak membingungkan. Pastinya banyak pertanyaan yang muncul, seperti: apa itu Indeks Prestasi? Bagaimana cara menghitung Indeks Prestasi dan dan Indeks Prestasi secara kumulatif? Bagaimana caranya menabung nilai agar bisa lulus dengan predikat cum laude? Apakah penting untuk lulus kuliah dengan predikat cum laude?

 

Apa Itu Indeks Prestasi dan Indeks Prestasi Kumulatif?

Indeks Prestasi (IP) dan Indeks Prestasi Kumulatif (IPK) adalah nilai yang akan kamu dapatkan selama masa kuliahmu berlangsung. IP adalah nilai yang akan kamu dapatkan setiap semesternya, sedangkan IPK merupakan akumulasi atau gabungan nilai dari semester-semester yang dijalani. Dalam bahasa Inggris, IPK disebut juga dengan GPA (Grade Point Average).

IP dan IPK merupakan hal penting dalam perkuliahan, meskipun bukan yang paling utama. Sebagai mahasiswa, kamu wajib tahu soal IP dan IPK, cara menghitungnya, pengaruhnya dalam perkuliahan, serta sistem penilaian di kampus. Terutama kalau kamu punya target lulus kuliah dengan predikat cum laude.

 

Komponen Utama IP dan IPK

Komponen penting dalam IP adalah nilai mata kuliah, kredit, Satuan Kredit Semester (SKS), dan mutu mata kuliah, dengan penjelasan sebagai berikut.

  • Nilai mata kuliah: hasil akhir suatu mata kuliah, yang disajikan dalam bentuk nilai mutu.
  • SKS: Satuan Kredit Semester, atau beban suatu mata kuliah. Misalnya, kredit Skripsi adalah 6, sedangkan kredit mata kuliah Kewarganegaraan 2. Tidak semua mata kuliah punya jumlah kredit yang sama, dan masing-masing kampus punya durasi yang berbeda untuk per satu kreditnya. Durasi per satu kredit berkisar antara 40-60 menit.

Semester pertama kuliah adalah waktu yang paling tepat untuk memahami komponen-komponen utama IP dan IPK. Untuk kamu yang masih maba dan baru mendapatkan KRS pertamamu, coba deh cek ada mata kuliah apa aja yang kamu dapatkan di semester ini dan berapa jumlah kredit masing-masing mata kuliah. Kalau jumlah SKS, sudah pasti mentok di jumlah maksimal, yaitu 24 SKS.

 

Sistem Penilaian di Kampus

IP dan IPK adalah nilai yang disajikan dalam Kartu Hasil Studi (KHS) tiap semesternya. Nah, IP dihitung berdasarkan rata-rata nilai mutu yang kamu dapatkan di semua mata kuliah dalam satu semester, dan skor maksimal yang akan kamu dapatkan adalah 4. Yup, kalau kamu berhasil mendapatkan IP 4, artinya kamu mendapatkan nilai sempurna.

Ada proses panjang yang harus dilalui oleh nilai-nilai yang kamu dapatkan untuk satu mata kuliah dalam satu semester sampai menjadi IP. Nilai yang kamu dapatkan nggak sekonyong-konyong disajikan dalam bentuk nilai mutu, dan IP kamu nggak sekonyong-konyong disajikan dalam rentang skor 0-4.

Pertama, kamu harus tahu sistem pembobotan nilai yang berlaku di kampusmu. Nggak cuma berbeda di tiap-tiap kampus, terkadang tiap-tiap dosen mata kuliah memberlakukan sistem pembobotan nilai yang berbeda. Biasanya sistem pembobotan nilai akan diberitahukan di awal perkuliahan atau tertera pada silabus. Lagi-lagi: jangan lupa baca silabus!

Contoh sistem pembobotan nilai yang umum berlaku di kampus adalah sebagai berikut.

  • Ujian Akhir Semester = bobot nilai 40 %
  • Ujian Tengah Semester = bobot nilai 30 %
  • Tugas, kuis, dan praktikum = bobot nilai 20 %
  • Kehadiran (absensi) = bobot nilai 10 %

Sebelum kamu bertanya lebih jauh, ingat: sistem bisa berbeda-beda tergantung kebijakan kampus ataupun dosen. Jadi, bisa jadi di mata kuliah A elemen kehadiran tidak diperhitungkan dalam pembobotan nilai, di mata kuliah B diperhitungkan. Atau, di mata kuliah C bobot penilaian untuk UAS adalah 50%. Terserah yang bikin kebijakan, pokoknya.

Oya, sebelum menjadi IP, nilai ujianmu tetap disajikan dalam rentang nilai 1-100, kok. Langkah selanjutnya adalah mengkonversi nilai skor menjadi nilai mutu, agar dapat ditentukan angka mutunya untuk mengkalkulasikan IP.

Umumnya, nilai dan angka yang  yang berlaku di kampus:

Skor Nilai Mutu Angka Mutu
≥ 85 A 4
80-84 A- 3.7
75-79 B+ 3.3
70-74 B 3
65-69 B- 2.7
60-64 C+ 2.3
55-59 C 2
50-54 C- 1.7
40-50 D 1
<40 E 0

Catatan:

  • Jika ada nilai tertera I (incomplete) atau T (terlambat) maksudnya adalah nilai tidak bisa diberikan karena ada komponen yang belum dilengkapi (tugas/ujian/lainnya). Mahasiswa biasanya diberikan kesempatan untuk melengkapi dalam jangka waktu tertentu. Kalau tidak segera dipenuhi, nilai otomatis berubah menjadi E.
  • Umumnya, nilai minimum yang harus kamu peroleh untuk dapat dinyatakan lulus di satu mata kuliah adalah C. Jika nilaimu dibawah C, kamu harus mengulang mata kuliah tersebut di semester berikutnya atau semester pendek. Soalnya, kalau ada mata kuliah yang tidak lulus, kamu tidak diperbolehkan untuk mengambil skripsi.

Untuk menentukan nilai skor, tentunya kamu harus mengakumulasikan nilai-nilaimu terlebih dahulu berdasarkan sistem pembobotan nilai yang berlaku. Agar lebih paham, kita pelajari contoh kasus di bawah ini.

Nilai mata kuliah Pengantar ABC

  • UAS: 90

  • UTS: 75

  • Tugas dan Kuis: 86

  • Kehadiran: 100% (tidak pernah bolos)

Dan sistem pembobotan nilai yang berlaku sama seperti contoh di atas.

Jadi:

(90 x 0.2) + (75 x 0.3) + (86 x 0.4) + (100 x 0.1) =  84.9

Maka, nilai kamu kemungkinan adalah A- (A minus), karena kurang dari 85. Bisa juga sih dibulatkan jadi 85, kalau dosennya murah hati. Hihihi.

 

“Cuci” Nilai

Di bangku kuliah, biasanya ada kesempatan bagi kamu untuk “mencuci” nilai. Maksudnya tentu bukan mencuci transkrip nilai pakai deterjen, tetapi memperbaiki mata kuliah yang nilai mutunya kurang memuaskan.

Ibarat perang, kalau kamu lulus sebuah mata kuliah dengan nilai A, rasanya kayak panglima yang menang pertempuran. Capek tapi bangga! Sedangkan kalau kamu lulus dengan hanya nilai C, yah, rasanya cuma kayak tawanan yang dibebaskan karena kasihan. Selain nggak mendapat kepuasan dan kebanggaan diri, nilai yang kecil juga nggak oke untuk IPK kamu.

Eits, meskipun terdengar sangat praktis, cuci nilai nggak segampang itu, lho. Prinsipnya, cuci nilai adalah mengulang mata kuliah yang nilainya menurut kamu kurang oke. Tujuannya adalah untuk memperbaiki hasil tersebut. Dengan kata lain, kamu dapat kesempatan kedua.

Tapi kesempatan kedua ini bukannya tanpa konsekuensi, gaes. Ada beberapa konsekuensi yang pasti kamu hadapi jika kamu memutuskan untuk cuci nilai, seperti…

  • Mencuci mata kuliah berarti kamu harus mengulang kelas tersebut dari awal, dari nol, selama satu semester penuh.
  • Berarti waktu, tenaga dan pikiranmu bakal terpakai untuk mengambil mata kuliah itu. Misalnya dalam satu semester, kamu mengambil 6 mata kuliah dengan total 20 SKS. Nah, dengan tambahan 1 mata kuliah (yang kamu cuci) itu, kamu jadi mengambil 23 SKS.
  • Walaupun kamu sudah mengulang mata kuliah yang nilainya mau kamu cuci itu, nilainya nggak otomatis jadi A, lho. Bisa jadi cuma naik sedikit, tetap, atau malah makin jeblok (amit-amit!)
  • Atau, ada juga kampus yang memberlakukan nilai maksimal yang dapat diperoleh setelah cuci nilai adalah nilai batas minimum kelulusan (C atau C+), meskipun secara teknis ketika cuci nilai kamu berhasil mendapatkan nilai mutu A. Huhu!

Jadi, kalau kurang puas sama nilai sebuah mata kuliah, mendingan cuci nilai nggak, nih? Inilah beberapa hal yang perlu jadi pertimbangan kamu.

  1. Seberapa penting dan seberapa relevan mata kuliah tersebut dengan studi kamu. Kalau pelajaran di mata kuliah tersebut penting banget untuk kamu pahami, sebaiknya, sih, ngulang. Pokoknya semakin penting, semakin besar alasan kamu untuk mengulang. Misalnya, kamu mengambil studi Sastra. Nggak oke dong kalau nilai (dan kemampuan) mata kuliah Writing (Menulis) atau Grammar (Tata Bahasa) kamu cuma C. Jadi demi meningkatkan kemampuan kamu, kelas tersebut sebaiknya diulang.
  2. Besarnya SKS mata kuliah tersebut. Semakin besar SKSnya, semakin berpengaruh nilai mata kuliah tersebut untuk IPK kamu.
  3. Jadwal kamu di semester tersebut. Kalau jadwal kuliah kamu sudah terlalu padat, agak berisiko juga untuk "cuci nilai". Soalnya jadi ada kemungkinan mata kuliah yang mau dicuci jadi bentrok dengan mata kuliah lain, Jangan sampai mata kuliah yang lain jadi nggak maksimal (bahkan ada yang nggak lulus), karena kamu terlalu sibuk "cuci-cuci (nilai)".
  4. Sebaliknya, kalau ada semester yang lowong—di mana kamu nggak banyak mata kuliah dan tugas—kamu cocok banget, tuh, untuk memperbaiki nilai. Biasanya, sih, semester kamu bakal lowong menjelang semester akhir.
  5. Pikirkan juga soal biayanya. Di beberapa kampus, tambahan SKS akan dikenakan tambahan biaya.
  6. Saat mengulang sebuah mata kuliah, kamu akan sekelas dengan angkatan di bawahmu, bukan dengan teman-teman seangkatan.
  7. Bila kamu memutuskan untuk nyuci nilai, kamu harus all out. Berusaha yang terbaik supaya mendapat hasil yang gemilang dan—yang terpenting—supaya kamu menguasai materinya.

Jadi mencuci nilai alias mengulang sebuah mata kulia hggak bisa dijalani dengan main-main atau setengah hati. Masa’ sih, udah capek-capek ngulang, nilai kamu cuma naik pangkat dari C ke C+, dan kemampuanmu nggak berkembang? Sayang waktu dan tenaga, gaes!

 

Bagaimana IP dan IPK Bekerja

  • Nilai IP kamu dalam satu semester bisa menentukan langkah kamu pada semester berikutnya. Misalnya nilai IP kamu rendah, di bawah 3.00, maka kamu hanya diperbolehkan mengambil mata kuliah 18 SKS. Sedangkan jika IP kamu tinggi hingga mencapai 3.50, maka kamu diperbolehkan mengambil hingga 24 SKS.
  • Jika IPK selama 2 semester berturut-turut di bawah angka 2.00 maka menurut peraturan sebagian kampus, kamu bisa di DO alias dikeluarkan. Makanya, kamu perlu memperhatikan IP.
  • IP dan IPK juga menentukan peluang beasiswa dan magang. Umumnya, kedua kesempatan ini mensyaratkan indeks prestasi tertentu, seperti di atas 3.00 atau di atas 2.85. Contohnya, untuk bisa magang di perusahaan multinasional Pricewaterhouse Cooper, IPK kamu setidaknya mencapai 3.00.
  • Saat lulus kamu juga akan mendapatkan IPK keseluruhan. IPK ini akan tertera di CV kamu dan merupakan salah satu modal kamu untuk memperoleh pekerjaan.
  • Banyak lowongan kerja yang mesyaratkan minimal IPK. Ada yang minimal 2.75, 2.85, atau 3.00.

Di jenjang D3 dan S1, jika kamu memperoleh IPK akhir 3.51 dalam jangka waktu studi normal dan semua matkul lulus (tidak pernah TIDAK LULUS), maka kamu akan mendapatkan gelar cum laude.

 

Cara Menghitung IP dan IPK

IP diperoleh dengan menghitung jumlah angka mutu, kemudian dibagi dengan jumlah SKS yang diambil di semester tersebut.

Agar lebih mudah dipahami, kita pelajari contoh kasus di bawah ini, ya.

KRS Semester 2

  • Pengantar ABC: B. SKS: 3

  • Pengantar DEF: A. SKS: 3

  • Teori ABC: A. SKS: 3

  • Teori DEF: A. SKS: 3

  • Pendidikan ABC: A. SKS: 2

  • Pendidikan DEF: B. SKS: 2

Total SKS diambil: 16

Jadi:

IP    = total (angka mutu x SKS) / total SKS

    = { (3 x 3) + (4 x 3) + (4 x 3) + (4 x 3) + (4 x 2) + (3 x 2) } / 16

    = { 9 + 12 + 12 + 12 + 8 + 6 } / 16

    = 59 /16

    = 3.69

Maka, IP semester ini adalah 3.69

Nah, setelah tahu semuanya, begini, nih, cara menghitung IPK alias nilai prestasi secara keseluruhan, selama kamu berkuliah.

  1. Jumlahkan semua nilai jumlah mutu setiap mata kuliah yang kamu ambil, dalam satu semester. Mulai dari semester pertama, hingga semester akhir; lalu

  2. Bagi jumlah mutu tersebut dengan jumlah SKS semua mata kuliahnya.

Misalnya:

Jumlah mutu IP semester 1 = 41
SKS yang kamu ambil di semester 1 = 12

Jumlah mutu IP semester 2 = 38
SKS yang kamu ambil di semester 2 = 12

Maka IPK kamu adalah: (41 + 38) : (12 + 12) = 3,29

Gampang, ‘kan?

 

Apa Syarat Cum Laude, dan Gimana Cara Lulus dengan Predikat Cum Laude?

Gue pengen lulus cum laude!

Biasanya, lulus cum laude adalah cita-cita mulia mahasiswa baru (baca: mahasiswa yang masih ambisius). Namun semakin lama, hasrat menggapai cum laude pun mulai kendor, shay!

Walaupun nilai bukanlah tujuan utama kuliah (tujuan utamanya mendapat ilmu, gaes), tapi nggak ada salahnya kamu mengejar prestasi akademis. Mantranya adalah, “YES, I CAN!”

Sebelum kamu mengetahui tips-trik mencapai cum laude, kamu harus paham dulu tentang persyaratannya. Umumnya, kriteria untuk menjadi peraih cum laude di tingkat Diploma dan Sarjana adalah:

  • Indeks Prestasi Komulatif di atas 3.50, jadi minimal 3.51 (standar IPK 4.00).
  • Nggak ada mata kuliah yang ngulang. Jadi walau misalnya IPK kamu 3.91, kamu tetap nggak bisa cum laude kalau kamu pernah nggak lulus dan mengulang mata kuliah.
  • Gimana kalau pernah "cuci nilai"? Untuk lebih pastinya, sebaiknya kamu tanyakan ke pembimbing akademik atau pihak kampus kamu. Karena secara teknis, "mencuci nilai" itu termasuk mengulang kelas. Bisa jadi dengan mencuci nilai, kamu kehilangan kesempatan untuk menyabet predikat cum laude.
  • Lulus tepat waktu, atau lebih cepat. Biasanya, program Diploma harus ditempuh selama 3 tahun (6 semester) sementara program Sarjana harus ditempuh selama 4 tahun (8 semester).

So, how to be a cum lauder?

  1. Tentunya, kamu harus memenuhi syarat cum laude. Pastikan kamu lulus semua mata kuliah, pantau nilaimu supaya memenuhi target, dan jangan sampai kuliahnya molor.
  2. Di kelas, selain belajar sungguh-sungguh dan berusaha menguasai ilmu dan skill yang diberikan, ketahui juga syarat penilaian. Misalnya, siapa tahu persentase nilai mata kuliah tertentu dipengaruhi oleh kehadiran penuh (tanpa absen), nilai kuis, dan pengumpulan tugas. Bisa aja, lho, nilai UTS dan UAS kamu mentereng, tapi nilai IP kamu cuma “B” lantaran kamu sering absen dan nggak ikutan kuis  di kelas. Buat yang belum tahu, kuis adalah tes kecil. Biasanya dosen memberikan kuis sewaktu-waktu, tanpa pemberitahuan sebelumnya.
  3. Aktif di kelas. Bertanya, diskusi, dan menjawab pertanyaan di kelas, bisa memberikan kamu poin plus, lho. Jangan shy-shy cat alias malu malu kucing! Tapi jangan sampai asal bunyi juga, ya.
  4. Nongkrong di kantin. WHAT?! Iya. Nongkrong di kantin bukan hanya buat cemal-cemil dan haha-hihi, lho. Di kantin, kamu bisa mengakrabkan diri dengan teman-teman dan para senior, bahkan alumni. Nah, obrolan ringan sama mereka bisa membuka wawasan kamu. Misalnya, kalau kamu ngobrol sama mereka tentang subjek atau skill perkuliahan. Asiknya, kadang mereka berbagi pengalaman dan ngasih tips tokcer untuk menguasai materi kuliah. Senior dan alumni juga suka memberikan rekomendasi buku/bahan kuliah yang keren, bahkan meminjamkannya. Hore, penghematan!
  5. Upgrade wawasan dan update perkembangan berita. FYI, dosen akan ngasih nilai lebih untuk mahasiswa yang bisa mengembangkan pelajaran yang dia dapat di kelas dengan pengetahuan umum, kemajuan zaman, serta perkembangan berita. Jangan puas dengan menguasai textbook dan teori semata, bos!
  6. Coba cari contoh dari teori yang kamu baca, dan kaitkan dengan isu terkini. Kalau kamu mempraktekkan hal ini di ujian dan esai, biasanya kamu akan mendapat nilai lebih.
  7. Kejar poin ekstra. Kadang dosen suka memberi tugas atau proyek yang hukumnya "sunnah". Maksudnya, tugas ini nggak wajib, tapi kalau dilakukan dan hasilnya baik, kamu akan mendapatkan poin ekstra. Take that chance. Selain peluang buat mendapatkan bonus nilai, juga kesempatan buat menggali ilmu.
  8. Jangan hanya fokus di pelajaran yang sulit atau memiliki SKS besar. Soalnya, kamu harus memastikan bahwa semua mata kuliah kamu kuasai dan nilainya baik.

Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1