Berhijrah A La Presiden Joko Widodo, Yuk!

Bapak Presiden kita, Joko “Jokowi” Widodo, menghadiri acara Deklarasi Relawan Pengusaha Muda Nasional yang dilaksanakan pada 3 November 2018 silam di Hotel Fairmont, Jakarta. Pada acara tersebut, Pak Jokowi mengajak para pengusaha muda untuk menghilangkan perilaku konsumtif, lalu menggantinya dengan perilaku produktif. Tak hanya itu, Pak Jokowi pun menyampaikan beberapa poin penting kepada mereka melalui acara deklarasi tersebut yang beliau sebut sebagai ajakan “Mari Berhijrah”.

Wah, ada apa? Kenapa tiba-tiba diajak berhijrah?

Kalau berdasarkan apa yang saya baca di Republika, seseorang dapat dikatakan hijrah jika telah memenuhi dua syarat, yaitu ada sesuatu yang ditinggalkan dan ada sesuatu yang ditujunya (tujuan). Perihal ini, tentu saja diharapkan bahwa sesuatu yang ditinggalkan ada sesuatu yang buruk, lalu menuju kepada sesuatu yang lebih baik. Mungkin, istilah kerennya adalah moving on. Ahay.

Ada empat poin penting “Mari Berhijrah” a la Pesiden Jokowi, yang rasanya patut banget untuk kamu pahami dan terapkan sekarang juga demi pribadi yang lebih baik. Yaitu...

1. Mari berhijrah: dari pesimisme ke optimisme

Optimis dan pesimis

Hampir setiap hari berbagai kabar atau berita buruk mengenai apa yang sedang terjadi di negeri ini kita temukan di media sosial. Entah itu berita mengenai beberapa petinggi negara yang keluar dari Gedung KPK dengan “rompi oranye”, kasus pembunuhan yang keji, praktik tindakan teror, persaingan tidak sehat antara satu kubu dengan kubu yang lain, dan masih banyak lagi. Kalau dipikir-pikir, ngeri juga negara kita ini.

Baik disadari maupun tidak disadari, itu mungkin membuatmu pesimis bahwa Indonesia kelak bisa menjadi sebuah bangsa besar yang lebih baik sehingga dapat bersanding dengan negara-negara Barat yang semakin maju pesat. Ibaratnya negeri ini berada di ujung tanduk dan siap untuk jatuh ke jurang yang dalam.

That’s why kali ini Bapak Presiden mengingatkan kita bahwa tak seharusnya sikap pesimisme terus menerus kita pelihara. Kalau pesimisme yang mendominasi dirimu, kapan kamu akan menjumpai hari terang yang berlabuh? Percayalah bahwa optimisme adalah sebuah langkah awal untuk menjemput hari terang. Optimisme akan membuatmu tetap melihat setitik terang di tempat segelap apapun. Titik terang itu lah yang akan membuatmu tetap percaya bahwa kabar baik sedang menantimu di ujung jalan.

Yuk, mulai hari ini, belajar untuk memelihara sikap optimis, termasuk optimis bahwa Indonesia bisa berubah menjadi negeri yang hebat suatu hari nanti. Dimulai dari kamu, tentunya.

2. Mari berhijrah: dari individualisme ke kolaborasi

Kolaborasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), individualisme adalah sebuah paham yang mementingkan hak perseorangan di samping kepentingan masyarakat atau negara.

Betul, setiap manusia pasti ingin mendapatkan yang terbaik untuk dirinya. Namun, apakah hal tersebut berarti ia harus mengorbankan kepentingan orang lain atau kepentingan bersama? Wah, jangan sampai seperti itu ya, gaes!

Dirimu dan semua potensi hebat yang kamu miliki terlalu berharga untuk sekadar kamu nikmati sendirian. Sadari juga bahwa setiap individu memiliki batasan atau kekurangan, sehingga kamu pun nggak akan mungkin bisa melakukan puluhan tugas dalam satu waktu. Kamu tetap memerlukan orang lain, bukan? Coba bayangkan, jika kamu adalah seorang Presiden Republik Indonesia. Apakah kamu bisa mengurus perekonomian, urusan luar negeri, pendidikan, pemberdayaan masyarakat, dan semuanya sendirian? Mungkin saja bisa, tapi nggak akan semaksimal saat kamu dibantu oleh kabinet menteri yang berbakat pada bidangnya masing-masing.

Segala impian besar serta pekerjaan besar akan jauh lebih mudah dan menyenangkan kalau dicapai atau dilakukan rame-rame. Kata Tere Liye, salah seorang novelis kegemaran saya: “Kalian tahu kenapa gigi berguna? Karena rame-rame berbaris rapi. Pasti ompong nyebutnya kalau cuma satu. Tidak bisa buat mengunyah. Cuma bisa buat tersenyum.”

Eits, tapi bukan rame-rame dalam hal kerjasama saat mengerjakan ujian lho, ya. Itu mah namanya nyontek!

3. Mari berhijrah: dari marah-marah ke sabar

Kesabaran

Kalau kamu telaah lebih jauh, menjadi pemarah nggak ada faedahnya, lho. Selain dapat menyakiti hati orang yang kamu marahi (dan berpotensi menjalin hubungan yang buruk), mood-mu pada saat itu pun menjadi sangat buruk. Saya pun merasakan kalau setiap kali saya marah-marah, aftertaste-nya pasti penyesalan yang nggak banget.

Emang, sih, meredam kekesalan kita terhadap suatu hal atau orang lain bukanlah hal yang mudah. Tapi, mulai sekarang, coba deh untuk tetap berpikir positif ketika sedang kesal atau merasa ingin marah agar energi negatif yang ada pada diri kita langsung berubah menjadi energi yang positif.

Dengan berubah menjadi pribadi yang lebih sabar, kamu pun bisa membiasakan dirimu untuk lebih banyak berpikir sebelum berbicara. Tapi, walaupun sabar menanggung segala sesuatu bukan berarti kamu diam ketika dihadapkan pada ketidakadilan. Kamu tetap harus menjadi pribadi yang tegas! Tetap sabar, tegas, dan kerja keras, oke?

4. Mari berhijrah: dari monopoli ke persaingan sehat

Monopoli

Rasanya, sikap monopoli sudah nggak sepatutnya diterapkan di zaman yang sudah maju seperti saat ini. Basi banget nggak, sih? Daripada senggol-senggolan memonopoli sesuatu yang dapat menimbulkan kompetisi yang buruk dengan kubu lain, kenapa nggak bersaing secara sehat aja?

Bersaing sehat berarti kamu nggak fokus pada cara menjatuhkan pesaingmu, melainkan kamu lebih memilih fokus untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas dirimu. Ketika seseorang fokus untuk meningkatkan kemampuan diri, pasti ia nggak akan sempat berpikir untuk menjatuhkan orang lain.

Selain itu, bersaing sehat adalah mengakui kelebihan orang lain dan juga mengakui kekurangan diri sendiri. Perihal ini, ada sangkut pautnya dengan “Mari Berhijrah” yang ke-2, lho! Ingat, nggak? Yup, berhijrah dari individualisme ke kolaborasi. Asedap.

Anyway, musuh terbesar dirimu bukanlah orang lain yang jauh lebih hebat daripadamu, melainkan dirimu sendiri. Rasa malas, dendam, trauma, sikap egois, dan berbagai kebiasaan serta tingkah laku burukmu lah yang harus kamu lawan. Jangan mau kalah pada mereka! Sisi baik dari dirimulah yang harus memenangkan pertandingan tersebut.

 

***

Demikian penjabaran dari “Mari Berhijrah” a la Bapak Presiden kita. Menarik banget untuk diterapkan, bukan? Jangan cuma dibaca, ya. Yuk, mulai sekarang, kita berhijrah ke arah yang lebih baik bersama-sama dengan cara yang simpel.

Selamat berhijrah!

(sumber gambar: straitstimes.com, id.techinasia.com, gentole.wordpress, cpb educacional, weare.techohio.ohio.gov)

***

Baca juga:

Curriculum Vitae Capres dan Cawapres Republik Indonesia 2019

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 12 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 23 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1