Dear Calon Maba: Berorientasilah Pada Program Studi Kuliah, Bukan Kampus

Beberapa waktu yang lalu, Menristekdikti melaksanakan konferensi pers Seleksi Masuk Perguruan Tinggi Negeri 2019  yang ditayangkan secara live di akun Twitter Sekretariat SBMPTN.

Nggak mau ketinggalan, Youthmanual pun memperhatikan reaksi pejuang SBMPTN 2019 yang ramai di kolom chat di live Twitter tersebut. Ternyata banyak banget dari antara kamu yang masih enggan menerima kebijakan baru ini. Mayoritas tanggapannya ternyata negatif!

Mungkin munculnya tanggapan negatif ini bisa jadi karena kamu syok dengan perubahan yang mendadak ini. Makanya, di artikel ini, Youthmanual bahas mendalam soal kebijakan dan peraturan baru mengenai seleksi penerimaan mahasiswa baru untuk PTN (khususnya SBMPTN) agar kamu lebih mudah memahami maksud dan tujuan dari perubahan yang ternyata akan lebih mempermudah kamu dalam hal merencanakan kuliah dengan lebih matang. Seperti...

1. Tes dulu, dapat skor, baru daftar PTN

Perguruan Tinggi Negeri

Yang menarik dan berubah cukup signifikan pada SBMPTN 2019 adalah kamu harus mengikuti tes berbasis komputer (UTBK) terlebih dahulu untuk mendapatkan skor yang digunakan untuk mengikuti SBMPTN. Jadi, sekarang masa SBMPTN adalah masa dimana kamu mendaftarkan diri untuk masuk PTN, bukan lagi ikutan tes massal untuk masuk PTN. Alurnya adalah: tes dulu, dapat skor, baru daftar.

Kalau dipahami baik-baik, ini dapat membuatmu lebih realistis dalam memilih program studi dan PTN karena kamu harus mempertimbangkannya secara matang mengenai skor/nilai yang telah kamu dapatkan, dan nggak lagi bikin “harap-harap cemas” sampai hari pengumuman karena sangat transparan, sehingga mewujudkan keadilan bagi segenap pesertanya. Mantap betul, bukan?

Oya, mengenai kebijakan ini, Menristekdikti mengharapkan bahwa peserta SBMPTN 2019 sudah yakin terhadap prodi dan PTN yang hendak dipilih sejak dini agar pada saat UTBK, kamu nggak bingung lagi harus memilih rumpun tes Soshum atau Saintek.  

2. Pilihan maksimal dua prodi dan dua PTN

Jurusan Kuliah

Jika pada SBMPTN tahun-tahun sebelumnya peserta diperbolehkan memilih maksimal sampai tiga prodi, maka berbeda dengan SBMPTN 2019 hanya diperbolehkan memilih maksimal dua prodi. Perihal kebijakan baru ini, lagi dan lagi Menristekdikti berusaha untuk membuatmu lebih memantapkan diri mengenai pilihan program studi kuliah dibandingkan pilihan PTN. Camkan!

Gini lho, gaes, maksudnya Beliau. Biasanya, para calon mahasiswa baru cenderung ingin menjadi maba di PTN ternama (contoh: Universitas Indonesia), tak peduli mau di program studi apapun, yang penting bisa jadi anak UI saja sudah keren dan membanggakan. Pola pikir seperti itulah yang sering membuat para mahasiswa/i merasa salah program studi kuliah ketika sudah “terjun” di program studi tersebut. Maka dari itu, Menristekdikti pun berusaha meminimalisir terjadinya hal tersebut dengan menerapkan kebijakan ini.

Jadi, wajib banget hukumnya untuk mencari tahu prodi yang hendak kamu emban saat kuliah sejak dini. Youthmanual pun dirancang dengan penuh kesiapan untuk membantumu mencari prodi dan karier yang sesuai dengan minat dan kemampuanmu, lho! Hihihi.

***

Gaes, baik Menristekdikti maupun Youthmanual nggak akan pernah lelah untuk terus mengingatkanmu untuk mencari tahu secara dalam mengenai dirimu—terutama mengenai minat dan kemampuanmu, sehingga kamu bisa berkuliah dan berkarier kelak dengan lebih nyaman tanpa merasa salah program studi kuliah dan karier.

Menjadi anak ITB, UI, dan UGM, atau PTN-PTN bergengsi lainnya mungkin menjadi prestasi tersendiri. Tapi apakah kamu yakin bahwa kamu mau dan bisa survive di program studi yang bukan diri kamu banget hanya karena tergiur dengan nama besar nan mentereng milik kampusmu tersebut?  

Eits, saya sama sekali nggak bermaksud matahin semangatmu, kok. Saya pun sekarang sedang berada di posisi kalian yang akan berjuang pada SBMPTN tahun depan—anyway, saya adalah pejuang Gap Year tahun ini. Kita berjuang bareng-bareng, kok.

Nggak ada yang salah, kok, dengan usaha memperjuangkan kampus idaman. Tapi, bukan berarti kita mengorbankan diri kita dengan asal pilih program studi yang persaingan masuknya nggak terlalu ketat hanya sekadar supaya bisa jadi mahasiswa di PTN tersebut. Apalagi kalau ternyata pilihan program studi yang kamu inginkan tersedia di banyak kampus—dan mungkin aja ada kampus yang menyediakan kurikulum yang jauh lebih progresif meskipun kampusnya sendiri belum punya “nama” alias nggak sebergengsi PTN 10 besar atau bahkan PTS.

Saran saya: pilih program studi yang kamu banget dan PTN idamanmu di pilihan pertama. Oportunis boleh, tapi nggak boleh asal ambil keputusan tanpa dipikirkan matang-matang.

Setelah itu, realistislah pada pilihan kedua dengan memilih program studi yang tetap kamu banget, tapi di PTN yang tingkat persaingannya lebih rendah dari PTN pilihan pertamamu. Atau mungkin kamu ambil program studi yang juga masih relevan untuk mengejar cita-citamu nanti. Sisanya, tinggal kita usahakan dan doakan dengan sungguh-sungguh, deh. It’s that simple.

Salah Jurusan Kuliah

Mungkin kamu berpikir bahwa salah program studi kuliah nggak akan berdampak signifikan di hidupmu, sehingga kamu merasa bisa-bisa saja tetap survive di dalam asalkan tetap bisa “berlindung” di bawah nama besar almamater kampusmu.

Guess what: kamu salah besar. Almamatermu mungkin hanya akan menyelamatkan kamu sampai seleksi berkas lamaran pekerjaan. Itupun hanya berlaku bidang industri yang sistem dan pola pikirnya masih konvensional. Jika kamu ingin berkarier di bidang yang lebih progresif, almamatermu nggak akan berarti apa-apa. Talent beats all.

Salah program studi kuliah pun akan menjadi akar dari masalah-masalah berikutnya. Bayangin deh, kalau kamu salah program studi, kamu akan cenderung nggak enjoy dalam mengikuti setiap mata kuliahnya, apalagi mengerjakan tugas-tugasnya karena nggak sesuai dengan minat atau kemampuanmu. Alhasil, itu akan berdampak secara signifikan terhadap IP atau masa depanmu kelak. Sukur-sukur betah sampai wisuda, lalu dapat kerja (sesuai dengan yang diinginkan). Kalau nggak, gimana?

Selain itu, asal pilih program studi kuliah berarti kamu belum benar-benar tahu mengenai apa yang ada di program studi tersebut, entah mata kuliahnya, prospek kerjanya, dan sebagainya.

Alhasil, saat menjalani hari-hari kuliah, terutama ketika menghadapi semester-semester akhir, kamu pun akan berpikir “Sebenarnya, aku mau jadi apa sih?” Wah, hal seperti itu jangan sampai terjadi padamu, ya! Ingat lho, hidupmu harus memiliki tujuan yang jelas agar nggak mengalami stagnasi karena merasa bingung mau mengarahkan diri ke jalan yang mana.

***

Intinya, Menristekdikti peduli banget terhadap kita, gaes. So sweet! Beliau nggak mau para pelajar Indonesia terus menerus menjadi generasi yang “tersesat” karena termakan gengsi. Padahal, yang jauh lebih penting adalah mengembangkan kemampuan dan potensi diri di tempat dan cara yang tepat—dan langkah awalnya adalah mampu memilih program studi kuliah yang kamu banget.

Gaes, jangan sia-siakan minat dan kemampuan yang sudah Tuhan tanam dalam dirimu, ya. Ayo, mulai hari ini, tetapkan ke mana kapal hidupmu akan kamu arahkan. Kamu adalah nahkoda kapalnya. Realisasikanlah visi “Indonesia Besar 2045” bersama-sama!

(sumber gambar: madisonamps.org, educenter.id, mamikos.com, aptisi.or.id)

Baca juga :

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 12 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 22 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1