10 Kesalahan dan Penyesalan di SMA yang Jangan Sampai Kamu Alami

Masa SMA sangat menyenangkan, tapi saya dan beberapa teman juga memiliki beberapa penyesalan. Mudah-mudahan pengalaman dan kesalahan kami di SMA bisa menjadi pelajaran untuk kalian sehingga nggak mengalami penyesalan serupa, ya.

1. Merasa harus memilih antara sukses akademik atau sukses di kehidupan sosial. Ada orang-orang seperti saya yang beranggapan bahwa dengan fokus belajar dan mengejar prestasi kamu akan memiliki lebih sedikit teman dan pengalaman gaul yang nggak seberapa. Kayak harus memilih antara jadi anak pintar atau anak gaul.

Kenyataannya, memang ada beberapa siswa pintar yang nggak terlalu luwes bersosialisasi dan nggak berorganisasi. Tapi banyak juga kok, yang cemerlang di bidang akademis, punya banyak teman, aktif, dan lainnya. Intinya, pinter-pinter kamu aja untuk menyeimbangkan antara belajar, main, berteman, dan lainnya.

2. Ikut kegiatan yang sama kayak teman, bukan yang diminati. Teman pada ikutan fotografi, kita juga ikut fotografi. Semua ikutan basket, kita pun nggak mau ketinggalan. Seru sih, berkegiatan sama teman-teman. Tapi pas nggak ada sohib, jadi malas latihan. Skill kita pun segitu-gitu aja, soalnya memang nggak terlalu minat. Seandainya aja beneran ikutan ekskul atau komunitas yang diminati, mungkin lebih banyak manfaatnya ketika itu, bahkan sampai sekarang.

3a. Hanya bergaul dengan itu-itu aja. Kita ketemu orang-orang yang “klik” banget dan akhirnya jadi kompak bareng mereka. Nggak ngegeng sih, tapi kalau diperhatikan lingkaran pergaulan kita kok, itu-itu saja, ya? Nggak ada usaha untuk mengenal lebih dalam orang-orang yang berbeda minat dan pergaulan sama kita. Padahal dengan memperluas pergaulan wawasan kita jadi makin luas. Kita pun jadi tahu berbagai prespektif.

3b, Nggak kenal banyak orang. Masih nyambung dengan poin sebelumnya, nih. Mungkin karena keasyikan main dengan inner circle, jadi merasa nggak terlalu butuh untuk mengenal semua orang. Apalagi, kalau di sekolah negeri yang bisa mencapai 7-10 kelas dengan ratusan siswa seangkatan. Setelah lulus, kamu baru ngeh hanya kenal 50 persen dari teman SMA. Syedih!

Padahal, kenal sama teman SMA merupakan salah satu langkah membangun jaringan atau networking. Siapa tahu, kalian nggak main bareng tapi ternyata sama-sama suka puisi. Atau di masa depan kalian kerja bareng atau menjadi klien. Alangkah baiknya, kalau ketika di SMA, kamu lebih peduli dengan teman–temanmu.  

4. Menerapkan senioritas. Apa tujuannya? Supaya dihormati, dihargai? Disebelin sih, iya. Serius deh, nggak ada faedahnya.

5. Nggak serius belajar. Sejujurnya saya baru mendapat "hidayah" untuk belajar di kelas 12 untuk persiapan masuk PTN. Padahal banyak ilmu yang bisa dicari dan digali selama SMA dan banyak buku yang bisa dibaca. Nggak sedikit lho, orang yang merasa pengen balik ke SMA supaya bisa belajar lebih tekun.

6. Nggak memulai banyak kebiasaan baik sejak SMA, seperti rutin membaca, update dengan berita, lebih mandiri, menabung dan lainnya. Cek hal positif yang bisa kamu mulai sejak SMA di sini.

7. Suka menyusahkan ortu. Setelah makin dewasa (cieeee…), jadi makin menyadari betapa besarnya perjuangan dan pengorbanan mama-papa untuk kita. Sebaliknya, waktu SMA saya banyak menentang mereka dan kurang menghargai hal-hal yang ortu berikan. Hiks!

8. Butuh approval orang lain. Ketika SMA, saya (dan beberapa teman) merasa butuh pengakuan dari orang lain. Rasa ingin diterima dan disukai begitu besar. Sayangnya, nggak jarang hal ini membuat kita melakukan hal yang sebenarnya nggak diinginkan, bahkan hal yang negatif. Prinsip yang saya pegang kadang jadi terkaburkan kebutuhan untuk mengikuti teman. Kadang ini berlaku untuk urusan sepele, misalnya saya lagi nggak mood buat jalan dan lagi capek banget. Tapi demi kebersamaan, memaksakan diri untuk ikutan. Ujung-ujungnya jadi nggak enjoy.

9. Kurang menantang diri sendiri. Saya cenderung cepat puas dengan hal-hal yang dicapai saat itu, seperti masuk SMA favorit, aktif di OSIS, dan (akhirnya) bisa masuk kampus favorit. Tapi sebenarnya ada banyak hal yang bisa dicapai dan dikembangkan. Misalnya, menantang diri ikutan kompetisi, mencari beasiswa, belajar bahasa asing, bikin acara yang bermanfaat, jadi kakak asuh, dan banyak lainnya. Harusnya saya lebih memanfaatkan waktu, energi, dan fasilitas yang ada saat itu.

10. Terlalu self-centered. Fokus ke diri sendiri dan kurang empati dengan orang lain. Belum kepikiran tuh, untuk menjadi orang yang berguna bagi orang lain. Dimulai dari yang kecil deh, bermanfaat untuk teman dan orang terdekat serta lebih mengerti dan memperhatikan mereka dengan tulus.

Semoga kalian bisa belajar dari penyesalan kami, ya.

(sumber gambar: publicbroadcasting.net)                                                                    

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 12 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 22 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1