Kenapa Kita Harus Skeptis Kepada Media Online?

Hari gini, arus informasi di media online, tuh, udah kayak air sungai Ciliwung di musim hujan, sob. Deraaaas! Nggak perlu mantengin media konvensional kayak koran atau TV, deh. Dengan ngintip media online di henfon aja, kita jadi bisa tahu kehebohan apa yang sedang terjadi di dunia. Today, media is very digital.

Menurut data terbaru dari We Are Social, pengguna internet aktif di seluruh dunia kini mencapai angka 3,17 miliar orang. Setiap tahun, jumlah pengguna internet ini tumbuh hingga 7,6 persen orang. Menurut laporan yang sama, pengguna media sosial aktif kini mencapai 2,2 miliar orang, sedangkan pengguna mobile Internet mencapai 3,7 miliar orang.

Skeptis pada Media Youthmanual 6

Tapi emangnya semua informasi yang kita baca di media online itu bisa dipertanggung jawabkan kebenarannya? Bukan hoax? Jujur aja, nggak semua berita yang kita baca di media—terutama media online—itu akurat. Itulah kenapa, kita harus selalu SKEPTIS.

Skeptis, tuh, apaan sih? Skeptis adalah sikap nggak gampang percaya, ragu-ragu, atau nggak menerima segala informasi begitu aja.

Menurut Mas Wisnu Nugroho—editor Harian Kompas yang juga salah seorang pembicara Indonesia Youth Conference 2015 bulan lalu—skeptis adalah sikap yang pentiiiing banget untuk dimiliki semua orang, baik para konsumen maupun produsen media. Mas Wisnu yang sudah bekerja di bidang media selama 15 tahun ini bilang, beliau selalu skeptis saat liputan lapangan dan menulis berita di Harian Kompas. Dan menurut Mas Wisnu, sikap skeptisnya bikin beliau jadi jurnalis yang kredibel di era banjir informasi ini.

Bahkan sikap skeptisnya ini lah yang membuat Mas Wisnu dinilai sebagai wartawan paling kritis di kalangan istana pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Waktu itu, beliau banyak mengkritisi sikap dan pernyataan para pejabat pemerintahan kepada media. Karena Mas Wisnu rajin cross-check itulah, berita yang ditawarkannya menjadi sangat detail dan akurat.

Skeptis pada Media Youthmanual 1

Mas Wisnu menyarankan kita untuk selalu memeriksa ulang apapun yang kita baca. Misalnya, cross-check lewat Google. Pokoknya kita harus kritis! Karena kalau kita nggak kritis, kita akan menjadi “saluran ketidakbenaran informasi yang mengalir di negeri ini”, begitu kata Mas Wisnu. Dengan kata lain, kita bisa jadi ikutan nyebarin berita yang nggak akurat. Malu banget nggak, sih, kalau kita posting sesuatu, tapi ternyata datanya nggak benar? Itulah kenapa “think before you post” menjadi salah satu jargon feimes abad ini.

Padahal ya, sob, media bisa menjadi katalisator untuk pemerintah mengubah sistem-sistem bobrok yang belum sesuai dengan harapan masyarakat. Jadi sebetulnya, kita punya kekuatan untuk menciptakan atau menerima informasi yang bermanfaat bagi hidup.

Skeptis pada Media Youthmanual 2

Sikap skeptis harus kita miliki sejak muda, supaya kita terbiasa melatihnya. Apalagi kalau kita adalah mahasiswa komunikasi atau bercita-cita jadi wartawan. Nggak usah jauh-jauh, deh. Sebagai konsumen media online kayak sekarang aja, kita juga harus skeptis. Kenapa? Karena sikap skeptis penting banget untuk “menyelamatkan” kita dari derasnya arus informasi media online yang keakuratannya kadang meragukan.

Media online ‘kan nggak seperti media cetak ya, sob. Media cetak perlu proses akuntabilitas yang panjang sebelum ia dicetak dan diterbitkan, sedangkan media online lebih gampang diedit. Jadi kalau ada salah, tinggal diedit aja. Maka sebagai konsumen, kita perlu berhati-hati dalam memilih media online untuk dibaca-baca, apalagi untuk dipercaya.

Bayangkan kalau kita melihat gambar ini tanpa sikap skeptis:

Skeptis pada Media Youthmanual 4

Skeptis pada Media Youthmanual 5

Sikap skeptis juga bisa diterapkan di semua aspek kehidupan dan disiplin ilmu, lho. Artinya, meskipun kita bukan mahasiswa komunikasi, kita juga perlu banget punya sikap ini. Apalagi sebentar lagi kita bakal menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN, sehingga arus informasi bakal semakin terbuka lebar. Jangan sampai kita naif dan menelan bulat-bulat semua hal, ah, sob! 

(Sumber foto: Reuters, turner, monsite, gizmodo) 

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 12 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 22 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1