Cerita Soal Rasa Bersyukur dan Rasa Berbangga Diri

Oleh Hanifa Ambadar, co-founder dan CEO dari Female Daily Network, sebuah perusahaan online yang fokus kepada dunia wanita, terutama parenting dan kecantikan.

Minggu lalu, ceritanya kami mewawancara sejumlah kandidat pegawai untuk beberapa posisi di kantor kami.

Biasanya, kami memang selalu melakukan wawancara back-to-back, alias langsung mewawancara sejumlah kandidat berturut-turut. Kecuali kalau yang diwawancara adalah kandidat untuk posisi level direktur, sih. Untuk kandidat direktur, umumnya kami melakukan pendekatan yang lebih personal.

Anyway, para kandidat yang kami wawancara tentunya punya beragam karakter dan kepribadian, dan biasanya, cuma dari 5 menit pertama ngobrol aja, saya sudah bisa tahu, seorang kandidat cocok untuk kami hire atau enggak. Bahkan seringkali, di akhir sesi wawancara, saya langsung bilang ke kandidat yang nggak cocok bahwa mereka nggak akan di-follow up.

Nggak bermaksud kejam, sih, tapi supaya efisien aja. Daripada nggak dikasih kepastian sekian lama, ‘kan lebih baik langsung kami beri konfirmasi. Saya pun nggak merasa bersalah atau “nggak enak”, karena seusai wawancara, para kandidat jadi nggak meninggalkan kantor kami dengan harapan palsu.

Saat sesi wawancara minggu lalu berlangsung, saya agak kaget karena salah satu kandidatnya ternyata disabled. Dia memiliki cacat fisik dan kesulitan berbicara, sehingga omongannya susah dipahami kata per kata. Tetapi pengalaman dan kualifikasi berdasarkan berkas lamarannya bagus, makanya dia kami undang wawancara.

Saya diam-diam penasaran, apakah dia terlahir dengan kondisi tersebut, atau apakah cacatnya disebabkan oleh suatu hal yang baru-baru saja terjadi?

Ah, apapun itu, pencapaian-pencapaian kandidat ini keren sekali, kok. Dan yang lebih keren lagi, selama wawancara, dia sama sekali nggak membahas keterbatasannya. Dia bahkan nggak menyinggung soal cacatnya di berkas lamarannya. Dia hanya datang dengan penuh semangat dan antusiasme dalam menyambut tantangan. Selama wawancara, dia pun berbagi pengalaman-pengalaman hidupnya dengan bangga.

Di sisi lain, kandidat yang kami wawancara berikutnya adalah seorang perempuan muda yang kelihatan oke berdasarkan berkas lamarannya. Dia punya gelar Sarjana dan Pascasarjana dari luar negeri, dan baru saja mulai kerja di sebuah perusahaan, tetapi sedang mencari kesempatan kerja lain (termasuk di perusahaan kami) karena dia kepengen…. enggg… ngantor lebih dekat dari rumahnya.

Padahal lokasi kantornya yang sekarang juga nggak jauh dari kantor kami, lho.

Yang lebih nyebelin, dia nggak paham apa-apa soal Female Daily Network, dan malah mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang bikin ilfil, seperti “Nanti kerjaan saya bakal multitasking nggak, sih? Seberapa multitasking?”. Arghhh! Dalam 5 menit pertama wawancara aja, saya diam-diam sudah memutuskan nggak mau meng-hire-nya.

Sayang banget, lho, kalau ada orang yang punya banyak privilege atau peluang hidup, tetapi nggak dimanfaatkan untuk kebaikannya sendiri. Dan yang lebih menyebalkan lagi, kalau orang-orang seperti itu punya rasa self-entitlement alias berbangga diri dan merasa berhak mendapatkan ini-itu, padahal mereka belum membuktikan prestasi mereka.

Begitulah sepenggal pengalaman pribadi saya dalam menghadapi dua individu yang sangat berbeda. Yang satu rendah hati dan penuh rasa syukur, sementara yang satu lagi penuh dengan sikap self-entitlement dan kelihatannya selalu meremehkan banyak hal.

Nggak perlu saya tanya lagi ‘kan ya, kamu seharusnya jadi pribadi yang mana?

(sumber gambar: Motivational Memo, CNN, The Daily Quotes)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 17 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 28 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1