'Menghapus' Mata Pelajaran Sekolah ala Finlandia - Yes or No?

Dari baca berita sana-sini, mungkin kamu juga tahu bahwa Finlandia adalah salah satu negara di dunia, yang sistem pendidikannya sangat unik tapi efektif. Padahal metode belajar mereka berbeda banget dengan metode belajar kebanyakan negara di Asia. Misalnya, jam sekolah mereka pendek, jam istirahat mereka lama, jarang sekali memberikan PR, dan katanya nggak pernah ada ujian, seenggaknya sampai tingkat SMA.

Nah, ada satu lagi, nih, terobosan pendidikan di Finlandia yang sudah diusulkan sejak tahun lalu—menghapus mata pelajaran!

Wow! Trus, gimana cara belajarnya?

Simak fakta-faktanya, ya:

1. Katanya, sih, alih-alih mempelajari berbagai mata pelajaran satu per satu—seperti yang selama ini kita lakukan—para siswa Finlandia akan mempelajari suatu kejadian, kasus, atau fenomena, lewat berbagai ilmu. Metode belajar ini bernama Phenomenon-Based Education (Pendidikan Berdasarkan Fenomena).

2. Cara belajarnya kira-kira begini: baru-baru ini ‘kan ada tragedi gempa bumi di Aceh. Nah, dengan metode Phenomenon-Based Education, siswa bisa disuruh menganalisa tragedi tersebut dengan berbagai ilmu. Misalnya, dengan ilmu Fisika, siswa bisa mempelajari skala gempa ini, asal gempanya, proses terjadinya, cara antisipasinya di masa depan, dan sebagainya.

Lalu dengan ilmu Sosial, siswa bisa mempelajari dampak sosial dari gempa ini dan cara paling efisien untuk membangun Aceh kembali.

Kemudian, dengan ilmu Matematika atau Ekonomi, siswa bisa cari tahu berapa kerugian negara, statistika korban jiwanya, dan sebagainya.

Contoh lainnya, siswa belajar tentang Perang Dunia ke-II nggak hanya dilihat dari kacamata ilmu Sejarah, tetapi juga Geografi, dan Matematika.

3. Siswa juga bisa melakukan kegiatan belajar praktek, dengan tetap memegang prinsip Phenomenon-Based Education, Misalnya, pura-puranya para siswa disuruh membuat “kafe” di sekolah. Dari menjalankan kafe aja, siswa bisa belajar tentang bahasa Inggris (kalau interaksinya harus menggunakan bahasa Inggris, misalnya), Ekonomi, Matematika, dan kemampuan komunikasi.

4. Siswa Finlandia juga bisa aja belajar tentang suatu topik, tapi dengan cakupan yang jauh lebih luas. Jadi, misalnya, mereka belajar soal Uni Eropa (bukan hanya tentang satu negara), perubahan masyarakat dan iklim, atau 100 tahun kemerdekaan Finlandia. Dari setiap topik tersebut ‘kan bisa terselip ilmu Bahasa, Geografi, Sains, dan Ekonomi. Seru, ya!

5. Rencananya, sistem ini akan dimulai untuk siswa SMA Finlandia dahulu. Lalu karena pendidikan Finlandia sangat dua arah—nggak hanya “diperintahkan” oleh guru, tetapi juga mempertimbangkan masukan siswa—mereka nanti diminta untuk memilih topik, fenomena, atau kejadian apa yang ingin mereka pelajari, sesuai kemampuan dan cita-cita masing-masing di masa depan.

Jadinya, siswa nggak lagi harus belajar pelajaran yang nggak mereka sukai, sehingga membuat mereka ngomel, “Buat apa sih gue susah-susah belajar Kimia? ‘Kan gue mau jadi pengacara!” Sounds familiar?

6. Beberapa negara lain heran, kenapa Finlandia malah fokus ke metode belajar integrasi seperti ini, ketika nilai ujian para siswa Finlandia sekarang ini malah makin menurun (berdasarkan data tes internasional baru-baru ini)?

Jawabannya adalah karena, menurut Finlandia, sekolah harusnya mengajarkan hal-hal yang dibutuhkan oleh anak-anak muda dalam hidup mereka, bukannya ngotot mengangkat nilai tes nasional mereka. Hmm, masuk akal, sih.

Menurut Finlandia, yang dibutuhkan oleh generasi muda mereka adalah pengetahuan dan skill yang lebih terintegrasi tentang isu-isu yang NYATA.

7. Tahun ini, sekolah-sekolah untuk siswa berusia 7-16 tahun sudah mulai menerapkan metode ini, walaupun belum sepenuhnya. Durasi periodenya pun beda-beda tergantung sekolah masing-masing. Misalnya, di ibukota Finlandia, Helsinki, sekolah-sekolahnya sudah lebih intens menerapkan metode ini, sementara di kota-kota lain belum.

Oya, jangan lupa, sistem pendidikan di Finlandia sangat ter-desentralisasi, lho. Maksudnya, negara atau pemerintah pusat nggak banyak ngatur, bagaimana setiap sekolah harus berjalan. Negara hanya memberikan aturan-aturan umum dan ngurusin pendanaan saja, namun setiap sekolah di berbagai kawasan di negara Finlandia bisa menentukan sendiri, bagaimana metode belajar terbaik untuk situasi sekolah dan siswa masing-masing.

8. Kata Marjo Kyllonen, Kepala Divisi Pendidikan Dasar di Helsinki, "Kita harus memikirkan dan merancang ulang sistem pendidikan, sehingga dapat mempersiapkan anak-anak kita di masa depan dengan keterampilan yang diperlukan sekarang maupun di masa depan," kata Marjo Kyllonen.

Menurut Marjo, masih banyak sekolah yang mengajar dengan cara “jadul”. Materinya pun lebih relevan untuk era tahun 1990-an. Tetapi kebutuhan zaman sekarang sudah berubah, katanya, dan kita perlu metode dan materi belajar yang cocok untuk abad ke-21.

Setuju!

9. Dengan metode integrasi ini, komunikasi antara guru dan murid juga akan berubah. Murid nggak lagi hanya duduk di belakang meja, dan baru akan maju ke depan atau bersuara kalau dipanggil gurunya. Nanti, para siswa bakal kerja berkelompok untuk membahas suatu masalah.
Guru antar ilmu pun akan semakin perlu untuk bekerja sama.

10. Ngomong-ngomong soal guru, katanya, sampai tahun 2015, 70% guru di Helsinki sudah mengikuti persiapan untuk menjalankan sistem baru ini, dan gaji mereka pun akan dinaikan. Perubahan ini rencananya akan dijalankan penuh pada tahun 2020.

Saya nggak tahu, apakah Indonesia akan bisa—atau cocok—mengikuti gaya pendidikan Finlandia. Tapi SEANDAINYA Indonesia bisa “menghapus” mata pelajaran, kamu setuju nggak? Efeknya kira-kira apa aja? Yang pasti, nggak ada penjurusan lagi, dong, ya!

(sumber gambar: finland.fi, huffingtonpost.com, monocle.com, waldorftoday.com, explorius.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 11 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 22 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 2 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1