To Prom or Not to Prom?—Pro-Kontra Mengadakan Pesta Prom Night

Menjelang lulus SMA (bahkan SMP), saya selalu semangat menyambut prom night. Bagi saya, prom night itu seru banget. Makanya saya nggak ngerti, deh, kalau sampai ada yang menentang acara prom.

Sampai sekarang, masih banyak, lho, sekolah yang nggak mengizinkan acara ini berlangsung. Alasannya bermacam-macam, misalnya, karena dianggap bertentangan dengan budaya dan ajaran yang diterapkan sekolah. Dulu sekolah saya khawatir prom night akan menjadi ajang untuk para cewek berlomba-lomba tambil seksi bin lebay. Pas prom night-nya, kami malah berlomba-lomba tampil bak artis di red carpet Grammy atau Academy Awards, sih. Gabungan antara artis di red carpet sama artis dangdut di TV, lah. Hihihi!

As I’ve said, sampai sekarang, banyak sekolah yang nggak mengadakan—bahkan melarang—prom night, termasuk sekolah internasional. Kalau diamati, alasan mereka antara lain:

Keamanan nggak terjamin

Banyak orang tua dan guru yang nggak nyaman dengan faktor keamanan prom night, berhubung pesta ini diadakan larut malam. Pada prom night SMA saya dulu, seorang teman ada yang harus nganterin pacarnya pulang duluan, karena sudah ditunggu ortunya… padahal acaranya sendiri belum dimulai, cyin! Garing amat! Yap, prom biasanya berlangsung sampai tengah malam bahkan lebih. Jadi kalau kamu harus pulang sebelum jam 10 malam, rasanya kayak sama aja bohong.

Mihil!

Umumnya, acara prom diadakan di ballroom hotel atau gedung mewah, menyewa band atau DJ, menyewa fotografer, mendatangkan bintang tamu, dan memerlukan dekorasi heboh. Artinya, acara prom butuh budget yang besar. Nah, beberapa pihak menganggap hal ini mubazir. Menurut mereka, uangnya mending disumbangin. 

Prom night juga membuat para siswa yang hadir harus merogoh kocek dalam-dalam demi penampilan, beli baju, sepatu, tas, dan sebagainya. Beberapa prom night bahkan mengharuskan tamunya untuk beli tiket masuk, meski tamunya adalah siswa sekolah tersebut.

Trus, dandanan saat prom night pun bisa menciptakan kesenjangan sosial antara mereka yang mampu berpenampilan mewah dan mahal head-to-toe, dengan mereka yang bahkan nggak mampu punya setelan baju formal. Trus, mereka yang nggak mampu ini kadang jadi merasa tertekan, sehingga akhirnya memaksakan diri untuk tampil mewah meskipun sebenarnya nggak punya dana. Banyak, lho, orang yang berpola pikir seperti ini. Jadi kesimpulannya, prom night = mahal = pressure.

harga prom

Gambaran pengeluaran prom di Amerika a la gazetteextra. Di Indonesia, ada pelajar yang mengeluarkan budget besar untuk gaun rancangan desainer.

Bisa jadi ajang untuk tampil lebay

Berhubung udah pada gede (ehem!), prom memang sering menjadi ajang bagi para cewek-cewek untuk tampil se-fashionable dan se-irit mungkin… irit bahan maksudnya, hehehe! Ini juga salah satu alasan beberapa sekolah—termasuk sekolah-sekolah internasional—melarang pengadaan prom night. Takut cewek-cewek pada tampil seksi berlebihan!

Ada, sih, sekolah yang mengizinkan prom night, tapi mereka memberikan peraturan ketat soal pakaian para siswa, atau mensyaratkan agar acaranya dilangsungkan di sekolah (sambil diawasi guru).

Bisa jadi ajang mabuk-mabukan dan seks bebas

Menurut saya, ini adalah kekhawatiran yang paling lebay. Masa’ iya, anak-anak muda pada sebegitu ceroboh dan nekadnya melakukan hal-hal aneh—yang mungkin bakal mereka sesali seumur hidup—TEPAT saat prom night? Kayak nggak ada waktu lain, deh, mbak-maz!

Memang, minuman keras ilegal dan drugs bisa aja masuk ke acara prom (walaupun bisa masuk ke acara-acara pesta lain juga, sih, seperti pesta ulang tahun). Selain itu, memang ada aja tamu yang sengaja mabuk di acara prom, meskipun nggak banyak. Masalah yang dipicu oleh segelintir tamu ini bakal jadi rumit kalau mereka sampai bikin onar, seperti berantem atau nyetir ugal-ugalan. Apalagi kalau materi ilegal mereka ketahuan ada di acara prom kamu. Nama sekolah jadi jelek, panitia pun jadi repot.

Hal lain yang dianggap negatif saat prom night adalah PDA (public display of affections) alias perilaku mesra-mesraan antar pasangan. Ah, yang protes soal ini palingan para jones alias jomblo ngenes. Eaaaak! Tapi PDA memang suka jadi bahan sorotan sekolah, sih. Bahkan ada sekolah yang tadinya memperbolehkan prom night, tapi kemudian tahun depannya melarang, gara-gara guru-guru pada “gerah” melihat pasangan yang PDA di depan mereka. Yaelah, Kak! You bikin repot junior yang mau prom, deh!

***

Sebagai pihak pro-prom, saya menawarkan solusi untuk kekhawatiran-kekhawatiran di atas, yaitu:

1. Masalah pulang malam harus dipikirkan panita bersama teman-teman yang lain. Misalnya, mungkin panita bisa mengatur semacam shuttle kendaraan untuk mengantar pulang teman-teman yang nggak punya tebengan, jemputan, atau transportasi pulang.

2. Acara harus dimulai on time dan sesuai jadwal. Ini PR buat panitia—terutama panitia seksi acara—supaya rangkaian acara prom nggak molor dan teman-teman yang harus pulang agak cepat pun tetap bisa merasakan keseruan acara.

3. Budget acara prom memang nggak kecil, tapi bisa disesuaikan. Kalau sebagian teman di angkatanmu nggak setuju mengadakan acara yang mewah, coba tone it down. Acara prom yang seru, tuh, nggak harus mewah, lho. Trus, kalau ada sisa dana, coba sumbangkan untuk men-support berbagai program sekolah. Dengan begini, pihak sekolah jadi simpati dengan acara prom kamu.

4. Kesenjangan yang tercipta dari penampilan, jujur aja, adalah hal yang rada susah diakali, apalagi kalau sekolah kamu adalah sekolah negeri yang para siswanya berasal dari latar belakang yang sangat beragam. Dan lagian, penampilan adalah urusan pribadi. Nggak bisa diatur-atur. Mungkin panita bisa membuat dresscode tertentu, misalnya dresscode nuansa Indonesia atau chic and modest, sehingga penampilan siswa-siswa bisa agak “diarahkan”.  Atau panitia bisa bikin penghargaan Best Dress dengan kriteria formal, keren, tapi tetap sopan, agar para tamu jadi termotivasi untuk berpenampilan dengan sesuai.

Dulu, panitia prom SMA saya memutuskan untuk nggak membuat penghargaan Best Dress agar teman-teman pada nggak berlomba-lomba untuk tampil heboh. Saya sebal, sih, dengan keputusan itu, soalnya waktu itu gaun saya sudah ditaburi payet sebanyak 2 kilo dan saya sudah berencana menyasak rambut sampai semeter, hihihi!

5. Panitia prom night harus tegas menetapkan dan menjalankan aturan pelarangan alkohol, drugs, senjata api, dan benda ilegal lainnya. Bahkan mungkin panitia juga sebaiknya melarang orang luar untuk masuk. Bukannya apa-apa, cuma kalau sampai ada hal-hal nggak enak, panitia juga yang bakal kerepotan. Kalau kamu merasa nggak bisa tegas sama teman sendiri, mendingan nggak usah jadi panitia, deh.

Tapi yang paling penting, semua siswa wajib sadar diri dan mau sama-sama menjaga kelancaran dan kebersamaan sepanjang acara. ‘Kan udah pada gede, ya. Sudah paham mana yang benar, mana yang salah, mana yang setengah matang #lah?

prom night youthmanual

***

Meskipun saya pro-prom, saya mempertimbangkan esensi acaranya juga, sih. Maksudnya, sayang banget kalau banyak teman seangkatan yang nggak setuju dengan prom night, tetapi saya maksa agar acaranya tetap diadakan. Seseru-serunya prom, tetap lebih seru kalau bisa kumpul bareng teman-teman seangkatan, dong. Iya ‘kan, gaes?

Maka kalau kamu termasuk yang pro-prom, yakinkanlah teman-teman seangkatan supaya bisa kompakan datang semua. Atau, kalau memang mayoritas teman-teman nggak mau mengadakan prom night, kamu jangan maksa. Masih ada banyak cara merayakan kelulusan dengan seru dan berkesan, kok. Setuju?

prom night youthmanual

(sumber gambar: eogroovy.blogspot.com, teenvogue.com, thefashionspot.com, laybabylay.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 19 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 29 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1