Belajar di Jurusan Sastra Lokal yang Ada Di Indonesia, Apa Untungnya?

Ada yang tertarik untuk kuliah jurusan sastra di sini? Kalau iya, sastra apa?

Bisa saya tebak mayoritas dari kamu yang berencana untuk melanjutkan kuliah di jurusan sastra pasti menaruh minat yang lebih besar pada sastra asing. Entah itu Sastra Inggris, Sastra Jerman, Sastra Perancis, sampai sastra yang lebih rumit seperti Sastra Cina dan Sastra Rusia. Kalau yang kepikiran mau belajar Sastra Indonesia, mungkin bisa dihitung dengan jari. Amirite?

Trus, apa kabarnya dengan sastra lokal kita?

Beragam sastra lokal yang tersebar di berbagai perguruan tinggi di Indonesia tercatat memiliki peminat yang sangaaaaat sedikit dari tahun ke tahun. Bahkan bisa dibilang jurusan satu ini dilirik karena passing grade-nya yang lebih rendah dari jurusan-jurusan lain, agar, para calon maba bisa tetap berkuliah nggak peduli di jurusan atau perguruan tinggi apa pun.

Kenapa kamu nggak boleh memandang Sastra Lokal kita sebelah mata?

Banyak yang beranggapan kalau jurusan sastra itu adalah jurusan “pelarian” dimana kalau kamu udah hopeless banget bakal keterima di jurusan lain, jurusan ini akan membuka tangannya lebar-lebar untuk menyambut kamu karena jumlah peminatnya yang sedikit.

…Duh!

1

Udah nggak seharusnya kamu punya mindset kalau jurusan sastra itu adalah jurusan cadangan—apalagi buangan, gaes. Karena sesungguhnya, minat kamu dalam mempelajari sastra dan budaya lokal Indonesia akan membawa dampak yang lebih besar bagi kamu dan negara kita di masa yang akan datang.

Sastra lokal dianggap nggak sebergengsi sastra-sastra asing lain yang bisa kamu pelajari—terutama oleh para generasi muda. Banyak dari mereka yang beranggapan bahwa sastra dan budaya lokal kita itu nggak keren, kuno, ngebosenin, nggak relevan, dan prospek kedepannya sangat nggak menjanjikan.

And hey, you got it so, so wrong.

Menurut data yang tercatat di UN, Indonesia memiliki 707 ragam bahasa yang masih aktif digunakan oleh para penduduk lokalnya (termasuk kamu), yang membuatnya menjadi negara kedua dengan keberagaman bahasa terbanyak di dunia setelah Papua Nugini. Emezing, nggak, tuh?

Sayangnya, 98 dari total ragam bahasa yang kita punya ini sekarang terancam punah, lho, gaes. Penyebab utamanya adalah berkurangnya penutur asli bahasa-bahasa tersebut karena rendahnya tinggat kepedulian masyarakat untuk melestarikannya. Bisa aja karena nggak ada generasi tua yang capable untuk meneruskannya, atau generasi mudanya yang nggak berminat untuk mempelajari bahasa dan budaya tersebut. Alasannya nggak keren lah, ketinggalan zaman lah, takut dikira kampungan lah, dan alasan-alasan nggak logis lainnya.

***

Eits, bukannya saya bilang alasan tersebut nggak logis tanpa alasan yang jelas, lho, ya. So hold your horses for a little longer, okay?

Semasa kuliah (ketahuan tuanya), saya merasa beruntung karena sempat tinggal dengan beberapa mahasiswa asing yang belajar di unit pusat bahasa universitas untuk menyambung program studi magisternya di Indonesia, karena bahasa pengantar untuk beberapa mata kuliah mereka masih menggunakan Bahasa Indonesia. Mereka berasal dari berbagai benua, dan jurusan yang mereka ambil pun beragam—mulai dari Administrasi Bisnis sampai Sastra Sunda.

2

Iya, gaes, kamu nggak salah baca. Ada anak muda yang jauh-jauh dari Swedia dan Madagaskar ke negara kita buat belajar bahasa dan budaya Sunda. Mereka aja bisa “nyunda” dengan lebih fasih dibanding saya yang semasa itu udah hampir empat tahunan tinggal di Bandung!

Saya jadi salut dan kepo parah, dong, kenapa bisa-bisanya mereka tertarik mempelajari apa yang bahkan anak muda lokalnya sendiri bahkan terkesan “bodo amat” untuk mengakui keberadaannya. Ternyata, jawaban mereka cukup simpel.

“Gimana bisa gue nggak jatuh cinta sama jutaan warisan bahasa dan budaya lo yang negara gue bahkan nggak punya?”

Gaes, mereka ngiri banget sama kita yang bisa mempelajari berbagai bahasa dan budaya kita sendiri yang berharga tanpa harus susah-susah mengorbankan waktu, tenaga dan materi untuk bisa mendapatkannya, karena di negara mereka sendiri, budaya dan bahasa Indonesia sangat digandrungi karena kaya akan nilai sejarah yang luhur.

So, belajar sastra bukanlah sekadar belajar bahasnya, tapi juga sejarah dan budaya yang berakar di dalamnya.

“Di negara asal gue, gue banyak belajar bahasa dan budaya kalian dari para mahasiswa-mahasiswa Indonesia yang datang membawa misi budaya. Gue nggak pernah nemu, lho, anak muda yang memperkenalkan bahasa dan budaya aslinya dengan bangga kepada dunia.” kata mereka. “Bahasa itu adalah salah satu kekayaan termahal suatu bangsa. It’s a valuable Identity you can’t afford to lose.

Trus, dengan belajar bahasa lokal, mereka dengan nggak langsung memperkaya pengalaman multikultural yang berguna banget di abad ke-21 ini, dan tentunya memperluas kesempatan untuk jalan-jalan gratis keliling dunia, hihihi.

“Iya, ada banyak banget anak muda di luat sana yang bisa ‘loncat-loncat’ dari satu negara ke negara lainnya cuma untuk memperkenalkan budaya dan bahasa lokalnya, atau bahkan sebaliknya.” jelas mereka lagi. “Menurut lo, emang gimana caranya gue dari negara nun jauh bisa sampai ke sini?”

…Iya juga, ya?

***

Nah, buat kamu yang tertarik untuk melestarikan sastra dan kebudayaan lokal kita dan memperkenalkan keindahannya (aih) ke seluruh dunia, kamu bisa banget pilih jurusan-jurusan yang ada di bawah ini.

1. Sastra Jawa‍ 

Perguruan tinggi yang menyediakan jurusan ini:

2. Sastra Sunda‍ 

Perguruan tinggi yang menyediakan jurusan ini:

3. Sastra Bali‍ 

Perguruan tinggi yang menyediakan jurusan ini:

4. Sastra Minangkabau

Perguruan tinggi yang menyediakan jurusan ini:

5. Sastra Bugis

Perguruan tinggi yang menyediakan jurusan ini:

6. Sastra Batak

Perguruan tinggi yang menyediakan jurusan ini:

(sumber gambar: wordpress.com, blogspot.com)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 16 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 27 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1