Inilah Penjelasan Lengkap Kenapa Kamu Bisa Banget Bekerja di Bidang yang Nggak Nyambung Dengan Jurusan Kuliahmu

Kalau kamu sedang cari tahu tentang calon jurusan kuliah kamu, apa, sih, salah satu hal yang kamu riset?

Dari sekian banyak hal yang kamu cari tahu, pasti kamu cari tahu prospek kerjanya gimana. Ya ‘kan? Ngaku, deh.

Hampir semua calon mahasiswa pasti meriset aspek ini, sebelum memilih jurusan kuliah yang akan dipilih. Misalnya, profesi apa saja yang “nyambung” dengan jurusan kuliah ini, apakah lapangan pekerjaan profesi-profesi tersebut luas, dan gajinya berapa.

Hal ini wajar, karena hampir semua anak muda ingin sukses berkarier (baca: bekerja dengan gaji / penghasilan tinggi) setelah lulus kuliah nanti. Meskipun Generasi Milenial zaman sekarang juga kepengen mendapatkan kepuasan batin selain gaji tinggi, nggak bisa dipungkiri, masyarakat masih menganggap bahwa karier yang sukses adalah karier yang bergaji tinggi. Minimal, karier yang stabil. At least, orangtua kamu pasti berpikir seperti ini. Ya ‘kan?

Padahal sebenarnya, secara keseluruhan, jurusan kuliah kamu sebenarnya nggak terlalu berpengaruh terhadap kesuksesan kamu.

Yap! That’s right. Coba, dong, kamu telaah deh seri artikel Profesiku. Salah satu kesimpulan yang bisa kamu tarik dari artikel-artikel tersebut adalah BANYAK, lho, orang yang akhirnya berkarier di luar jurusan kuliah mereka.

Oya, konteks artikel ini adalah jurusan kuliah non-teknis, ya. Ada pekerjaan yang memang membutuhkan skill yang diajarkan di jurusan yang spesifik. Kalau kamu mau jadi dokter, tentunya kamu wajib kuliah Kedokteran. Kalau kamu mau jadi arsitek, ya kamu harus kuliah Arsitektur.

Tetapi untuk bidang-bidang sosial, politik, humaniora, dan sebagainya, hubungan antara jurusan-profesi sebenarnya fleksibel.

Kalau belum yakin, berikut adalah beberapa hal untuk dipertimbangkan, supaya kamu sadar bahwa jurusan kuliah NGGAK sepenting itu dalam menentukan karier.

1. Kamu memang perlu sukses lulus kuliah untuk menghadapi persaingan kerja zaman sekarang, TAPI topik jurusannya sendiri nggak relevan!

Untuk bisa masuk ke industri kerja, kamu memang perlu jadi sarjana. Tetapi sebenarnya nggak penting, lho, sarjananya bidang apa.

Kenapa? Karena kuliah—apapun jurusannya—pada umumnya mengajarkan kita hal-hal yang sama: kemampuan menganalisa, kemampuan meriset, melatih berpikir kritis dan luas, dan banyak lainnya. Ingat, apapun jurusannya, lho!

Well, pasti ada hal-hal spesifik yang diajarkan di jurusan A yang nggak diajarkan di jurusan B. Tetapi ilmu-ilmu spesifik tersebut seringkali malah nggak terpakai saat kita bekerja.

Menurut sebuah riset dari Liberty Street Economics di Amerika, 62% fresh graduate tahun 2015 bekerja di pekerjaan yang memang mensyaratkan S1, namun hanya 27% fresh graduate yang bekerja di bidang yang nyambung dengan jurusan kuliah mereka.

Sekali lagi, ingat, ada pengecualiannya, ya. Ada pekerjaan yang memang membutuhkan skill spesifik. Nggak mungkin jadi dokter tanpa kuliah Kedokteran!

2. Untuk mendapatkan gaji tinggi dalam sebuah profesi, jurusan kuliah nggak wajib nyambung dengan profesi kamu, kok

Misalnya kamu adalah lulusan jurusan Hubungan Internasional, lalu kamu bekerja di Kementrian Luar Negeri. Apakah karier kamu bakal lebih sukses—dan gaji kamu bakal lebih tinggi—daripada teman kerja kamu yang lulusan Hukum (alias nggak nyambung dengan Kemenlu)? Belum tentu!
Malah menurut riset The Wall Street Journal, lulusan jurusan Sejarah yang bekerja di bidang bisnis, gajinya sama tingginya dengan rekan kerja mereka yang lulusan jurusan Bisnis.

Intinya, kamu nggak harus kuliah Sastra untuk jadi penulis. Kamu nggak harus kuliah Manajemen Bisnis untuk jadi seorang konsultan. Kamu nggak harus kuliah jurusan Hukum atau Politik untuk bisa bekerja di kepemerintahan.

Bahkan kalau kamu bercita-cita punya startup bidang tech, kamu nggak selalu harus kuliah jurusan teknis. Riset membuktikan bahwa di New York City, ternyata cuma 35% tech founders yang dulunya berkuliah di jurusan STEM (Science Technology Engineering and Math), sementara 65% sisanya kuliah di bidang lain. Malah, dari riset tersebut, lebih banyak tech founders yang lulusan ilmu politik, lho, daripada Teknik Elektro atau Matematika.

Kenapa?

Soalnya, zaman sekarang, teknologi sudah canggih banget. Zaman dulu, ketika chip komputer masih harus dirakit manual dengan tangan, okelah, bisnis tech harus dipegang oleh insinyur dan ahli Teknik Informatika.

Tetapi sekarang, berkat teknologi, punya bisnis berbasis teknologi sudah lebih gampang. Hanya dengan klik-klik sedikit, kamu sudah bisa bikin website online shop sendiri, mendapatkan pelanggan, dan langsung jualan.

Secara umum, dunia kerja nggak terlalu peduli kamu lulusan jurusan apa (lagi-lagi, ada beberapa pengecualian, yaaa…), karena yang lebih ngaruh nantinya adalah etos kerja dan sikap kamu.

Saya juga pernah bekerja di bidang Pariwisata selama tiga tahun, padahal saya lulusan jurusan Sastra. Meski begitu, bos dan kolega-kolega saya dulu nggak pernah peduli, tuh, saya lulusan jurusan apa.

3. Jangan terlalu fokus pada jurusan kuliah. Kejar pengalamannya! Pengalaman adalah sesuatu yang sangat berharga, entah pengalamannya nyambung atau nggak dengan bidang pekerjaan kamu

Kalau kamu merasa “salah jurusan”, ada hal-hal yang bisa kamu lakukan, seperti yang dijabarkan dalam artikel ini.

Menurut saya, salah satu hal yang bisa kamu lakukan adalah jangan terlalu fokus pada jurusan kuliah kamu. Manfaatkanlah waktu kuliah sebaik-baiknya. Kejar kesempatan-kesempatan magang yang seru. Terlibatlah dalam organisasi kemahasiswaan. Jadilah relawan di kegiatan atau organisasi yang memang menjadi passion kamu.

Pengalaman-pengalaman tersebut akan jauh lebih “kuat” di CV daripada keterangan kamu dulu kuliah apa. Dengan pengalaman-pengalaman tersebut, perusahaan bakal melihat kamu sebagai orang yang penuh motivasi, passionate, dan punya inisiatif untuk terlibat. Apalagi kalau kamu fresh graduate yang belum punya pengalaman kerja. Perusahaan bakal sangat melihat keaktifan dan pengalaman kamu selama kuliah, lho.

4. Daripada terlalu fokus pada jurusan kuliah, fokuslah pada soft skills

Buat apa jadi fresh graduate yang CV-nya keren banget, tapi nggak pernah bisa masuk kantor tepat waktu? Buat apa jadi fresh graduate yang lulus cum laude, tapi nggak bisa bekerja sama dengan tim kantornya?

Makanya, perusahaan zaman sekarang percaya bahwa soft skills—seperti misalnya critical thinking, komunikasi, bisa berinovasi, dan punya pemikiran out-of-the-box dalam memecahkan masalah—lebih penting daripada jurusan kuliah kandidat (baca selengkapnya soal soft skills di sini!)

Oya, kenapa perusahaan mencari kandidat yang bisa berinovasi dan punya pemikiran out-of-the-box? Karena zaman sekarang, di dunia kerja, masalah-masalah yang harus dihadapi jauh lebih kompleks daripada zaman dulu.

Mungkin ini alasannya kenapa Silicon Valley sekarang juga suka meng-hire pegawai dari jurusan liberal arts. Yap, mereka nggak selalu meng-hire lulusan lulusan Teknik Informatika, lho. Standar banget!

5. Kamu akan jauh lebih sukses, kalau bersekolah dan bekerja di bidang yang bikin hepi dan memberikan kamu tujuan

Pernah nggak kamu melakukan sesuatu, tapi merasa nggak ada tujuannya? Misalnya, harus aktif di sebuah organisasi, padahal kamu ikutan sekedar karena ikut-ikutan? Atau pacaran sama orang yang nggak jelas masa depannya? #jleb

Gimana, tuh, rasanya melakukan sesuatu yang kamu rasa nggak ada tujuannya? Malas? Bikin patah semangat?

Sama halnya dengan kuliah dan bekerja. Kalau kamu berkuliah di jurusan yang benar-benar kamu sukai dan ingin diseriusin di masa depan, kamu akan berkuliah dengan antusias dan senang hari.

Wah, kalau kamu kuliah karena betul-betul suka, tanpa dikejar pun sukses dan uang akan datang sendiri ke kamu!

Studi dari Forbes menunjukkan bahwa otak yang bahagia adalah otak yang aktif, termotivasi, dan produktif. Jadi pertimbangkan baik-baik—apakah jurusan kuliah kamu kira-kira bakal bikin kamu hepi?

Toh, mumpung perusahaan sekarang umumnya bakal menerima pegawai lulusan jurusan manapun (kecuali perusahaan di bidang teknis yang spesifik, ya), mending ambil jurusan kuliah yang bakal bikin kamu hepi aja sekalian!

6. Networking juga bisa lebih penting daripada jurusan kuliah kamu

Percuma, lho, jadi pintar dan jago dalam skill tertentu, kalau nggak ada orang yang tahu tentang potensi kamu (baca: kalau kamu nggak punya pergaulan atau networking yang luas).

Makanya, kalau mau sukses, netwoking sangatlah penting. Selama kuliah, usaha networking kamu harus sama besarnya—bahkan mungkin lebih besar!—daripada usaha belajar.

Networking bisa kamu mulai dengan sesimpel membangun hubungan baik dengan dosen-dosen, coba magang, bahkan berusaha berkenalan dan menjalin hubungan dengan sosok-sosok. Dari networking yang baik, biasanya akan ada banyak kesempatan terbuka buat kamu.

***

Intinya, apapun jurusan yang kamu pilih, kamu harus mengembangkan diri kamu sendiri selama kuliah. Trus, jangan setengah mati mempelajari hal yang nggak kamu sukai, hanya demi jabatan kinclong. Apalagi kalau jabatan tersebut tetap bisa kamu masuki meski jurusan kuliahnya nggak sejalan.

Youthmanual kepengen banget kamu berkuliah di jurusan yang cocok dan tepat dengan minat dan bakatmu, dan kami keberatan kalau kamu HANYA menganggap bahwa jurusan yang cocok = jurusan yang nantinya akan memberikan pekerjaan bergaji besar.

Memang, kalau kamu bekerja di bidang yang “nyambung” dengan jurusan kuliahmu, kamu akan lebih cepat beradaptasi saat bekerja, karena sudah padang ilmu-ilmu dasarnya. TETAPI, jurusan kuliah kamu nggak menjamin jalan mulus ke kesuksesan.

Sebaliknya, walau kamu lulusan jurusan yang kayaknya sepele, kalau semangat kerja kamu luar biasa keras, nanti kamu pasti akan segera “meroket”

(sumber gambar: jindal.uttdallas.edu, merahbirunews.com, careerbuilder.ca)

POPULAR ARTICLE
LATEST COMMENT
syakila putri | 19 hari yang lalu

terimakasih atas informasinya. kunjungi website kami untuk informasi lebih lanjut https://unair.ac.id/

Bedah Peluang, Daya Tampung, serta Biaya Kuliah Jurusan Kedokteran dan Kedokteran Gigi Terbaik di Perguruan Tinggi Negeri
Muhamad Rifki Taufik | 30 hari yang lalu

4 Langkah menulis naskah film yang sangat bagus untuk mengembangkan skill penulisan saya. Terima kasih untuk ilmu yang bermanfaat.

4 Langkah Menulis Naskah Film yang Baik Bagi Pemula
Al havis Fadilla rizal | 2 bulan yang lalu

Open pp/endorse @alfadrii.malik followers 6k minat dm aja bayar seikhlasnya geratis juga gpp

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 11,6 followers dm ya bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Deca Caa | 3 bulan yang lalu

open pp/endorse @aaalysaaaa 1,6 followers dm ya, bayar seiklasnyaa

Tarif Endorse di Media Sosial Berapa, Sih?
Dibuat dan dikembangkan di Jakarta, Indonesia Hak Cipta Dilindungi 2015 - 2024 PT Manual Muda Indonesia ©
Rencanamu App

Platform Persiapan Kuliah & Karir No 1